Biduk-biduk perahu sampan
Mulai merapat ke tepian teluk dan tanjung
Walau ikan-ikan ramai di lautan dan sungai
Namun hampir tak laku ditangkap
Deru mesin-mesin penggilingan
Mulai senyap ditelan lebatnya hutan
Walau emas perak masih penuh sesak
Namun hampir tak selera dijarah
Kerlap-kerlip sinar pertunjukkan
Tak lagi terlihat di singgasananya
Walau terpatri berlapis tribunnya
Tak satupun berani hadir mengunjunginya
Kemuliaan-kemuliaan percabulan itu telah sirna
Tenggelam pada saat penghukumannya
Kesombongan-keangkuhan yang sangat megah
Habis lenyap dalam sekejap mata
Emasnya, peraknya, permatanya, mutiaranya
Lenan halusnya, kain suteranya, kayu harumnya, gadingnya
Rempah-rempahnya, kemenyannya, wewangiannya, pualamnya
Anggurnya, gandumnya, ternaknya bahkan nyawa manusia
Segalanya tak berarti lagi dan menjadi kosong
Semua penjuru berseru-seru “Celaka! Celaka!”
Perkabungan menjadi hadiah kekekalannya
Asapnya naik, kota besar runtuh untuk selamanya
Mulai merapat ke tepian teluk dan tanjung
Walau ikan-ikan ramai di lautan dan sungai
Namun hampir tak laku ditangkap
Deru mesin-mesin penggilingan
Mulai senyap ditelan lebatnya hutan
Walau emas perak masih penuh sesak
Namun hampir tak selera dijarah
Kerlap-kerlip sinar pertunjukkan
Tak lagi terlihat di singgasananya
Walau terpatri berlapis tribunnya
Tak satupun berani hadir mengunjunginya
Kemuliaan-kemuliaan percabulan itu telah sirna
Tenggelam pada saat penghukumannya
Kesombongan-keangkuhan yang sangat megah
Habis lenyap dalam sekejap mata
Emasnya, peraknya, permatanya, mutiaranya
Lenan halusnya, kain suteranya, kayu harumnya, gadingnya
Rempah-rempahnya, kemenyannya, wewangiannya, pualamnya
Anggurnya, gandumnya, ternaknya bahkan nyawa manusia
Segalanya tak berarti lagi dan menjadi kosong
Semua penjuru berseru-seru “Celaka! Celaka!”
Perkabungan menjadi hadiah kekekalannya
Asapnya naik, kota besar runtuh untuk selamanya
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.