Bahan Renungan: Yakobus 2:17; Kejadian 15:5-6, 16:2-3
Dikatakan bahwa jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Pertanyaannya adalah apakah iman HARUS SELALU disertai dengan perbuatan? Apakah jika TIDAK BERBUAT berarti tidak beriman?
Sara, istri Abraham, yang hari itu masih bernama Sarai mempercayai bahwa mereka akan mempunyai anak (iman) dan sebagai pembuktian imannya, ia menyerahkan Hagar kepada Abram (perbuatan). Namun kita semua tahu bahwa hal itu adalah sebuah KESALAHAN, bahkan berakibat fatal. Sementara di kejadian sebelumnya Tuhan berfirman kepada Abram bahwa dia akan memiliki keturunan sebanyak jumlah bintang yang diperlihatkan Tuhan di langit dan sebagai responnya, Abram hanya percaya dalam hatinya, namun Tuhan telah memperhitungkan hal itu sebagai KEBENARAN (beriman namun seperti tidak terlihat perbuatannya).
Dari kedua peristiwa di atas, kita mulai memahami bahwa perbuatan kita bahkan bisa mematikan iman kita, walaupun di saat yang sama kita yakin apa yang kita perbuat adalah benar. Namun ada kalanya ketika kita tidak berbuat apapun itulah saat iman kita mulai hidup dan berbuah. Sehingga sekarang kita menyadari bahwa ada yang bertindak karena keraguannya, ada yang diam karena keyakinannya. Dan sesungguhnya diam TIDAK sama dengan tidak berbuat, justru diam pun termasuk perbuatan karena iman.
Lalu bagaimana kita membedakan apakah perbuatan kita sesuai dengan kebenaran iman? Caranya tidak lain adalah dengan mengenal Sang Pemberi Janji. Abraham sesungguhnya mengenal Tuhannya, bergaul karib dengan Tuhannya, sementara Sara saat itu hanya sekedar tahu. Walau akhirnya Abraham menuruti petunjuk istrinya, namun kesalahan itu berangkat dari inisiatif Sara. Bagaimana dengan kita? Adakah kita mengenal Dia & beriman sesuai dengan perkenanannya?
BEING STILL IS NOT SAME WITH DOING NOTHING
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.