Pdt. Petrus Agung Purnomo:
Menggambarkan bahwa di dalam kehidupan ada 2 jenis kejadian atau bisa disebut juga tindakan; natural & supranatural. Sesuatu yang kelihatan natural ketika Abraham hidup menjalani negeri yang dijanjikan (hidup nomaden) menurut panjang dan lebarnya. Walaupun kelihatan tidak ada yang istimewa dari cara hidup nomaden tersebut, namun sesungguhnya Abraham sedang melakukan tindakan profetik sesuai yang diperintahkan Tuhan.
Begitu pula ketika raja Yoas meminta pertolongan dari Elisa ketika harus menghadapi Aram. Langsung saja nabi Elisa memerintahkan untuk memanah, tanpa pikir panjang ia menarik busurnya. Untunglah sebelum anak panah dilepas, Elisa mengoreksi arah panah raja. Dan ditujukan ke arah Timur. Begitu pula ketika Elisa memerintahkan untuk memukul anak panah ke tanah, sang raja hanya memukulkan sebanyak tiga kali. Elisa menjadi gusar karena ketidaktepatan sang raja memukul, karena harusnya memukul lima sampai enam kali. Akibat dari tindakan raja Yoas, maka ke depan Aram hanya dapat dikalahkan dalam tiga kali peperangan. Itu artinya Aram tidak dapat ditumpas habis pada masa pemerintahannya. Pelajaran tersebut merupakan sesuatu yang kelihatan remeh bahkan aneh secara natural, namun sebenarnya itu semua adalah tindakan-tindakan profetik yang bersifat supra natural dan memiliki dampak atau kuasa.
Baca dan renungkan kisah di Kejadian pasal 22, cerita yang sangat terkenal ketika Abraham mempersembahkan anaknya yang tunggal, Ishak. Disebutkan bahwa setelah Abraham mendengar perintah Allah, ia segera berangkat ke tanah Moria beserta Ishak dan kedua bujangnya serta seekor keledai. Sesampainya di kaki gunung Moria, terjadi perpisahaan antara kedua bujangnya tersebut dengan dirinya dan anaknya. Bahkan saat itu, kedua bujangnya diperintahkan untuk menunggu sambil "menemani" keledai bawaannya. Sementara itu, Abraham dan Ishak melanjutkan perjalanan, naik sampai ke puncak gunung Moria.
Perpisahan Abraham dan Ishak dengan kedua bujangnya memberikan gambaran yang amat jelas akan adanya dua jenis orang percaya. Yang satu hanya bisa dipakai; berjalan dari awal, tengah hingga di kaki gunung, namun tidak dapat dibawa naik. Namun yang satu lagi memahami dan bersedia melanjutkan perjalanan sampai ke puncak gunung. Yang berhenti di kaki gunung tidak dapat melanjutkan untuk naik ke puncak. Mereka terhenti karena berbagai faktor di antaranya adalah kebenaran diri mereka sendiri, kapasitas pengertian yang belum memadai, iman yang tidak mencukupi. Dapatkah kita bayangkan jika kedua bujang tersebut ikut naik ke puncak gunung, menyaksikan tuannya meletakkan anak tunggalnya di atas mezbah dan mulai menghunuskan belatinya? Mungkin kedua bujangnya akan berpikir tuannya yang sudah lanjut umurnya itu sudah pikun, bahkan mencegah sekuat tenaga supaya hal super penting itu tidak terjadi. Dan akan lebih konyol lagi, jika satu di antara kedua bujang itu pulang dan memberitahukan kepada Sara.
Namun bagi kelompok orang percaya lainnya, yang bukan sekedar dipakai, namun juga diingini (diminta) oleh Tuhan sendiri, kelompok yang sekelas dengan Abraham dan Ishaklah yang mampu naik sampai ke puncak gunung dengan pengertian penuh dan memenuhi kehendak Tuhan. Abraham dan Ishak memperoleh kehormatan besar karena di puncak gunung Moria, mereka sedang memberi gambaran dan menjadi bayangan peristiwa mahapenting di Golgota sekitar 2000 tahun kemudian. Abraham menjadi bayangan Allah Bapa sendiri dan Ishak menjadi bayangan Tuhan Yesus Kristus, tidakkah itu suatu kehormatan luar biasa dari Tuhan?
Dan setelah mencapai puncak kegenapan kehendak-Nya, Abraham & Ishak berjumpa dengan Jehovah Jireh, The Lord is my Provider, Allah Yang (Maha)menyediakan. Dan semua kita tahu bahwa Tuhan menyediakan bukan yang sedikit atau sekedarnya, namun menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya.
Ev. Yusak Tjipto:
Memimpin pengurapan dan impartasi yang dari pada Tuhan. Suatu urapan pengajaran yang luar biasa:
"Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia." - 1 Yohanes 2:27
Pengurapan ini untuk mempersiapkan kita semua dimampukan masuk ke dalam masa Daud dan Salomo. Dan sebagai kunci supaya pengurapan ini terus berkembang seperti yang Tuhan mau, adalah sikap hati yang merendah dan setia seperti ada tertulis:
"Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." - Lukas 17:10
terima kasih.. blognya sangat memberkati saya.. :)
ReplyDeleteyou're welcome, Kristiyanti :)
ReplyDelete