"Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan
untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga
roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan
karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami
mereka semua." - Pengkotbah 9:11
"I returned and saw under
the sun that the race is not to the swift nor the battle to the strong,
neither is bread to the wise nor riches to men of intelligence and
understanding nor favor to men of skill; but time and chance happen to
them all." - Amplified Version, Pengkotbah 9:11
Jadi
Firman menjelaskan bahwa kemenangan perlombaan, keunggulan perjuangan,
roti, kekayaan dan karunia lebih ditentukan oleh waktu dan kesempatan
dan BUKAN karena keunggulan yang disebabkan kemanusiawian dunia.
Kesempatan yang dimaksud adalah semacam periode dari serangkaian
kesempatan (period of opportunity) yang tersedia yang memang seharusnya terjadi sesuai dengan rencana Tuhan.
Perhatikan
kisah Perempuan Sunem yang telah kehilangan rumah dan ladangnya ketika
ia sekeluarga kembali dari negeri Filistin di mana mereka mengungsi dari
bencana kelaparan selama 7 tahun (2 Raja-Raja 8:1-6). Ia sekeluarga
pergi mengungsi atas dasar perintah Tuhan melalui nabi-Nya, Elisa. Saat
kembali dan mendapati rumah dan ladangnya dirampas, ia segera menghadap
raja Israel, yang saat itu sedang membicarakan Perempuan Sunem itu
dengan Gehazi (bujangnya Elisa). Semuanya kelihatan begitu "kebetulan"
dan sempurna sampai-sampai bukan sekedar rumah dan ladangnya yang
dikembalikan melainkan juga semua hasil ladang selama ia mengungsi. Ada
jaminan Tuhan ketika ia mentaati nabi-Nya untuk pergi mengungsi.
Pertanyaannya,
dari manakah semuanya itu diterima oleh Perempuan Sunem itu? Bahwa ia
memperoleh seorang anak laki-laki bahkan saat ia sudah tidak berani
berharap lagi. Ia juga dilindungi dari bencana kelaparan. Dan memperoleh
hasil ladang yang tanpa ia perlu usahakan selama ia mengungsi sebagai
akibat dari rumah dan ladangnya yang dikembalikan atas perintah raja.
Semua ini diawali dari tindakan kemurahan yang ia lakukan kepada abdi
Allah itu, Elisa, dengan awalnya sekedar mengajak mampir untuk bersantap
hingga membuatkan sebuah kamar lengkap dengan isinya untuk menginap.
"Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri." - Amsal 11:17
Selain
Peremuan Sunem, adalah Ribka, istri Ishak yang menjadi ibu atas Esau
dan Yakub, nenek dari keduabelas raja Israel dan moyang dari raja-raja
penakluk dunia bahkan Yesus Kristus. Dari manakah semuanya itu terjadi?
Kitab Kejadian pasal 24 menjabarkan secara lengkap dan detil, bagaimana
Ribka melayani hamba Abraham beserta seluruh unta yang dibawanya dengan
memberi minum sampai mereka puas. Kisah Ribka ini merupakan sebuah fase
yang menentukan apakah ia akan menjadi bagian dari suatu warisan ilahi
atau seorang perempuan biasa yang tidak ada istimewanya. Dan penentuan
itu diawali dengan kemurahan hati yang sedemikian rupa hinfgga akhir
kebaikan demi kebaikan ilahi ia terima sebagai ganjarannya.
Kemurahan Hati Membawa Rangkaian Kebaikan Yang Ajaib, Yang Membawa Kita Kepada Puncak Takdir
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.