Kitab Wahyu pasal 3:
ayat 1-2 - "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.
Sardis artinya yang tersisa untuk pemugaran (dari gerakan Reformasi pada awal abad ke-16 sampai Kristus datang kembali. Reformasi ini merupakan reaksi Allah sendiri terhadap kemerosotan Tiatira. Reformasi datang melalui kaum beriman yang minoritas, orang-orang yang tersisa.
Ketujuh Roh Allah membuat Gereja hidup lebih kuat, dan ketujuh bintang membuat gereja lebih terang. Gereja yang mati dan direformasi memerlukan Roh Allah yang diperkuat tujuh kali, serta pemimpin yang bercahaya terang. Roh yang diperkuat tujuh kali ini hidup, dan tidak pernah bisa digantikan oleh huruf yang mati dari pengetahuan (2 Korintus 3:6).
Banyak orang mengira gereja Sardis yang direformasi itu hidup, tetapi Tuhan berkata bahwa dia itu mati. Sebab itu, dalam keadaannya yang mati, dia memerlukan Roh yang hidup dan bintang yang bercahaya terang.
Frasa "apa yang masih tinggal" adalah hal-hal yang pernah hilang, kemudian dipulihkan oleh pergerakan Reformasi, di antaranya dibenarkan berdasarkan iman, Alkitab yang terbuka, dan sebagainya. Meskipun hal-hal itu telah dipulihkan, tetapi keadaannya sudah hampir mati. Karena itu, perlu dibangkitkan. Inilah keadaan sesungguhnya dari Jemaat Sardis.
Perkara yang dirintis oleh pergerakan Reformasi tidak ada satupun "yang sempurna". Sebab itu Jemaat Filadelfia yang akan menyempurnakannya. Pergerakan Reformasi di awal abad ke-16 itu "ditunggangi" oleh kepentingan politik dari beberapa penguasa Eropa yang ingin keluar dari kekuasaan Paus dan Katholik Roma saat itu. Sebagai hasilnya, Kristen Protestan Presbyterian di Skotlandia, Kristen Protestan Anglican di Inggris, Kristen Lutheran di Jerman, Baltik dan Skandinavia dan sebagainya.
Dalam sejarah kaum panggilan atau bangsa pilihan, Jemaat Sardis seumpama kisah dan masa pemerintahan raja Saul, yang akhirnya diakhiri dengan kegagalan dan ditinggalkan Tuhan.
Dalam sejarah kaum panggilan atau bangsa pilihan, Jemaat Sardis seumpama kisah dan masa pemerintahan raja Saul, yang akhirnya diakhiri dengan kegagalan dan ditinggalkan Tuhan.
ayat 3-4 - Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu. Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
Pencuri datang untuk mencuri benda-benda yang berharga, pada waktu yang tidak diduga. Karena gereja Sardis yang direformasi itu mati, mereka tidak akan tahu kedatangan Tuhan seperti pencuri dalam pernyataan-Nya yang rahasia kepada orang-orang yang mencari-Nya. Karena itu, perlu berjaga-jaga.
Dalam Alkitab, pakaian melambangkan apa adanya diri kita dalam kelakuan dan kehidupan kita. Mencemarkan pakaian di sini khususnya berarti mengotori pakaian dengan noda maut. Di hadapan Allah maut. Di hadapan Allah maut lebih najis daripada dosa (Imamat 11:24-25; Bilangan 6:6-9).
Putih bukan hanya melambangkan kemurnia, melainkan juga melambangkan perkenanan. Di sini, pakaian putih melambangkan tingkah laku dan kehidupan yang tidak tercemar oleh maut, melainkan yang dikenan oleh Tuhan. Inilah syarat berjalan dengan Tuhan, terutama dalam kerajaan yang akan datang.
ayat 5-6 - Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."
Harus menang atas Sardis yang mati dan menerima pahala pakaian putih yang diberikan kepada para pemenang dalam Kerajaan Seribu Tahun sesuai dengan tingkah laku mereka di zaman ini. Setiap orang beriman memerlukan dua pakaian, yakni pakaian untuk keselamatan (kebenaran obyektif - Lukas 15:22 & 1 Korintus 1:30) dan pakaian perkenan agar kita dapat diperkenan (kebenaran subyektif - Filipi 1:21 & 3:9). Pakaian putih di sini mengacu kepada pakaian kedua, yang diperlukan untuk menerima pahala dan memerintah bersama-Nya (2 Timotius 2:11-12).
Berkat-berkat bagi pemenang dibagi dalam tiga tahap: (1) dalam zaman Gereja, (2) dalam Kerajaan Seribu Tahun, dan (3) dalam kekekalan. Berkat-berkat dalam zaman Gereja, yakni pengampunan, penebusan, kelahiran kembali adalah kasih karunia Allah di bagian awal. Karena ini semua nama tercatat dalam Kitab Kehidupan. Namun karena ada banyak orang percaya yang tidak secara maksimal bekerja sama dengan kasih karunia yang telah Allah anugerahkan, maka nama mereka tidak akan siap pada saat Tuhan datang kembali, untuk masuk dan menerima pahala dalam Kerajaan Seribu Tahun. Karena itulah nama mereka akan terhapus dari Kitab Kehidupan hingga mereka menerima disiplin dan pendewasaan pada masa Kerajaan Seribu Tahun maka mereka siap untuk menerima berkat-berkat pada masa kekekalan.
Pada zaman Kerajaan Seribu Tahun, Tuhan akan mengakui nama pemenang, karena nama mereka tidak dihapus dari dalam Kitab Kehidupan, melainkan tetap tercantum di dalamnya. Hal ini menyiratkan, jika orang-orang percaya bukan pemenang, pada zaman Kerajaan Seribu Tahun nama mereka akan dihapus dan Tuhan pun tidak mengakui nama mereka.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.