"Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana." - Kejadian 39:20
Sial bagi Yusuf, yang telah nyaman bekerja, diberkati dan bahkan begitu menyenangkan tuannya, Potifar. Namun istri tuannya terlalu genit dan sangat berahi. Sudah menghindar dan menjaga keluhuran dirinya serta martabat tuannya, malah dijebloskan ke penjara.
Apa reaksi kita jika kejadian serupa menimpa diri kita? Adakah kita mengeluh, menjadi kecewa dan menolak Tuhan? Jika demikian, maka sesungguhnya kecillah kekuatan kita. Ketahuilah bahwa Yusuf bisa saja dibunuh oleh tuannya, sebab ada bukti yang memberatkan dirinya dan ia hanya seorang budak di negeri asing, yang jauh dari kerabat dan keluarganya. Namun baginya yang terutama adalah bagaimana berkenan di hadapan Allah dan manusia, seberapapun harga yang harus dihadapinya. Ia memilih menjadi tawanan Roh-Nya, daripada menjadi tawanan dagingnya.
"Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku." - Kisah Para Rasul 20:22-23
Menjadi tawanan Roh, tidak ada yang dapat dilakukan selain mengikuti apa yang Roh Tuhan inginkan bagi kita. Derita dan sengsara adalah makanan didikan yang harus dilahap setiap hari. Selain itu kita tidak boleh tawar hati apapun yang terjadi. Pahit di luar, namun dituntut manis di dalam.
Namun siapa sangka dari dalam penjara, di sanalah letak takdir yang besar itu. Menjadi tahanan raja, malahan benar-benar berhadapan dengan raja bahkan menjadi penguasa tertinggi kedua. 13 tahun Yusuf ditanam di dalam Roh-Nya dan 2013 ini adalah masa-masa penentuan siapa saja Yusuf-Yusuf-Nya di Akhir Zaman.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete