Anda bisa peka dan tajam mendengar suara Tuhan, namun itu bukan jaminan bahwa Anda mengenali isi hati-Nya. Seringkali Tuhan ingin membawa kita untuk lebih jauh lagi hanya bersama-Nya, menuju ke puncak-puncak yang begitu mulia, dan tidak jarang kita menolak kerinduan-Nya ini dengan berbagai alasan, dengan berbagai cara. Kita sudah merasa begitu lelah untuk meneruskan perjalanan, dan bahkan berani berkata "cukup" kepada-Nya, padahal yang kita lalui selama ini tidak dapat dibandingkan dengan apa yang telah menanti kita di puncak sana.
Tuhan adalah Pribadi yang berhitung dan Ia sangat menyukai angka. Bagi-Nya, angka 12 merupakan angka yang amat sakral. Kita bisa melihat adanya 12 suku Israel, 12 rasul pertama, 12 pintu gerbang, 12 bulan dalam setahun, dan seterusnya. Begitu juga tahun 2012 ini merupakan sesuatu yang amat menentukan, yang memang berbeda daripada tahun-tahun yang lalu.
"Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka: 'Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan ... Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di
antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin
sebagai pelayan ... Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam
Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua
belas suku Israel.'" - Lukas 22:24-30
Akan tiba saatnya nanti bahwa hak-hak Kerajaan ditentukan bagi kita. Namun untuk itu kita harus daya tahan untuk tetap tinggal dan melalui segala pencobaan yang dialami sama oleh Tuhan Yesus. Pencobaan-pencobaan itu berasal dari Iblis yang menyiksa batin dan jiwa kita yang ujungnya meragukan segala janji-Nya sehingga tidak mencapai Puncak Penggenapan itu. Padahal Tuhan sedang menantikan kita semua Generasi Penggenap Janji untuk makan dan minum semeja di dalam Kerajaan-Nya dan duduk di atas takhta untuk menghakimi keduabelas suku Israel.
Renungkanlah akhir kisah kehidupan Lot di Kitab Kejadian pasal 19, ketika Tuhan hendak menyelamatkannya sekeluarga dari pemusnahan Sodom dan Gomora. Tangan mereka dipegangi dan tubuh mereka mulai diseret untuk diselamatkan karena Tuhan mengasihani mereka. Maka sadarilah ketika Tuhan mulai memaksakan kehendak-Nya, ketika Tuhan menghendaki kita berjalan lebih jauh lagi, naik lebih tinggi lagi, menyelami hati-Nya lebih dalam lagi, dan seterusnya, itu adalah karena Ia sedang mengasihani kita.
Namun sesampainya mereka di luar kota, dilepasnya tangan mereka. Tuhan bukan berkehendak melepas mereka, namun merekalah yang menolak tuntunan Tuhan. Jauh di dalam jiwa mereka ada pemberontakan terhadap tuntunan Tuhan. Demikian Tuhan dengan kita, jika kita terus memberontak terhadap proses yang harus kita hadapi, pada titik tertentu Tuhan harus melepas dan menyerahkan kita kepada pihak lain.
Kemudian Lot sekeluarga diminta untuk terus ke (puncak) pegunungan, dan petunjuknya jelas untuk tidak berhenti di mana pun juga di sepanjang Lembah Yordan. Tuhan ingin mereka naik karena sesungguhnys di pegungan, arah ke selatan, ada kota bernama Rehobot yang artinya kelegaan dan di tengahnya mengalir sungai Zered yang artinya bertumbuh dalam kegembiraan. Namun Lot masih berani menawar dan hanya bersedia sampai ke Zoar, sebuah kota kecil yang tidak berarti dengan alasan supaya selamat dari celaka. Padahal Tuhan telah menjamin perjalanan mereka sampai ke puncak pegunungan dengan tidak menurunkan murka-Nya lebih dulu sebelum mereka tiba. Itu artinya Tuhan menunggu mereka di tempat yang dikehendaki-Nya.
Dapatkah kita bayangkan betapa kecewa-Nya Tuhan, bahwa Ia menginginkan anak-anak-Nya memegang hak-hak Kerajaan, duduk makan dan minum semeja serta memerintah di atas takhta, namun lebih memilih untuk jadi penjaga pintu gerbang yang tak seberapa berarti, dan lebih konyol lagi kalau di antara anak-anak-Nya tanpa tahu diri malah bertengkar untuk mencari pengakuan manusia untuk sekedar diakui sebagai yang terbesar.
Lot akhirnya menyadari Zoar tidak berarti, dan meninggalkan kota kecil itu, pergi ke pegunungan seperti yang ditunjukkan Tuhan sebelumnya. Namun apalah arti ketaatan yang terlambat? Ketaatan perlu ketepatan waktu, ketika dilakukan terlambat sama dengan ketidaktaatan (late obedience equal with disobedience). Karena pemberontakan dan kebebalannya bahkan Lot harus kehilangan Kairos Tuhan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.