Jemaat Laodikia: Jemaat Raja-Raja Yang Memerintah
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: ... Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan
diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu,
bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah
dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih,
supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! ... Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan
Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk
bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya." - Wahyu 3:14-20
Ini adalah Masa Raja- Raja-Nya memerintah menjelang kedatangan-Nya yang ke-2 sebagai Raja di atas segala raja. Jadi Gereja-Nya di akhir zaman ini adalah tipe dari Jemaat Laodikia. Dan kepada jenis jemaat ini Tuhan tidak memerintah maupun memaksa melainkan menasihatkan karena tujuan akhir dari jemaat ini adalah mencapai kedewasaan Kristus untuk memerintah bersama dengan-Nya.
Perihal memerintah bersama dengan Tuhan merupakan warisan ilahi yang tertinggi dan perihal warisan ilahi memiliki protokoler tertentu karena tanpa memenuhi protokoler tersebut maka warisan itu tidak dapat diterima dan kita tidak mendapati penggenapan akan janji-janji-Nya.
Protokoler Yang Berlaku Di Tiga Tempat
Protokoler untuk menerima warisan ilahi memiliki pola yang terdiri dari dua bagian yaitu kematian (daging) dan pembayaran harga. Dan hal ini dibuktikan dari berbagai kejadian di 3 wilayah dimana Tuhan membuktikan bahwa protokoler-Nya memang berlaku dan warisan dari janji-janji-Nya digenapi. Dapatkah kita bayangkan bahwa Tanah Perjanjian yang dahulu hanya dihuni oleh keluarga Abraham sekian ratus tahun kemudian benar-benar terealisasi menjadi milik pusaka keturunannya? Dan setelah mengalami masa pembuangan puluhan tahun, Tanah Perjanjian itu tetap menjadi wilayah kedaulatan Israel. Bahkan setelah hampir 2.000 tahun bangsa Israel "dibubarkan" pada masa pemerintahan Romawi (tahun 70 Masehi), bangsa Israel tetap dapat memiliki wilayah kedaulatan yang sama dan kembali menjadi sebuah negara republik dan dinyatakan berdaulat penuh pada tahun 1948. Jika bukan karena covenant atau perjanjian dengan Tuhan, tidak akan mungkin hal itu terjadi.
Jadi demikianlah warisan ilahi itu menjadi kuat dan digenapi sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna:
Sikhem
"Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: 'Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; ... Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu. Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: 'Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.' Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya." - Kejadian 12:1-7
"Lalu pergilah Yakub ke tanah Mesir. Di situ ia meninggal, ia dan nenek moyang kita; mayat mereka dipindahkan ke Sikhem dan diletakkan di dalam kuburan yang
telah dibeli Abraham dengan sejumlah uang perak dari anak-anak Hemor di
Sikhem." - Kisah Para Rasul 7:15-16
Ini adalah kali pertama Abraham berjumpa dengan Tuhan dan karena Firman-Nya, Abram tiba di Sikhem. Dan di Sikhem, Tuhan menampakkan diri-Nya kepada Abraham dan berjanji memberikan negeri. Namun Abraham tidak mungkin bisa mendirikan mezbah jika ia tidak memiliki tanahnya. Stefanus oleh pewahyuan Roh Kudus menyungkapkan suatu rahasia bahwa sesungguhnya tanah di Sikhem itu dibeli Abraham dan menjadi pekuburan Yakub. Ada kematian dan ada harga yang dibayar.
"Dalam perjalanannya dari Padan-Aram sampailah Yakub dengan selamat ke Sikhem, di tanah Kanaan, lalu ia berkemah di sebelah timur kota itu. Kemudian dibelinyalah dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, sebidang tanah, tempat ia memasang kemahnya, dengan harga seratus kesita. Ia mendirikan mezbah di situ dan dinamainya itu: 'Allah Israel ialah Allah.'" - Kejadian 33:18-20
Kembalinya Yakub dari Padan-Aram ke Sikhem sungguh mengulang persis apa yang dilakukan Abraham sekitar 100 tahun sebelumnya. Abraham dan Yakub sama-sama datang ke Sikhem dari Padan-Aram, mereka sama-sama membeli sebidang tanah dari anak-anak Hemor bahkan mereka sama-sama mendirikan mezbah bagi Tuhan di sana. Jadi Sikhem bahkan dua kali dibayar oleh Abraham dan keturunannya.
Hebron
"Sara hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya; itulah umur Sara. Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya. ... Jawab Efron kepada Abraham: 'Tuanku, dengarkanlah aku: sebidang tanah dengan harga empat ratus syikal perak, apa artinya itu bagi kita? Kuburkan sajalah isterimu yang mati itu.' Lalu Abraham menerima usul Efron, maka ditimbangnyalah perak untuk Efron, sebanyak yang dimintanya dengan didengar oleh bani Het itu, empat ratus syikal perak, seperti yang berlaku di antara para saudagar. ... Sesudah itu Abraham menguburkan Sara, isterinya, di dalam gua ladang Makhpela itu, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan." - Kejadian 23:1-16
Hebron pun bagian dari milik pusaka dan warisan ilahi yang akhirnya genap dimiliki umat Israel dengan pola yang sama yaitu kematian dalam hal ini Sarah yang bahkan juga menjadi pekuburan Abraham dari moyang lainnya dan dengan harga yang dibayar sesuai dengan yang berlaku di antara para saudagar (harga pasar BUKAN harga discount). Belakangan hebron mejadi milik pusaka Kaleb bin Yefune dan tempat Daud mulai mengokohkan kerajaannya.
Gunung Moria
"Salomo mulai mendirikan rumah TUHAN di Yerusalem di gunung Moria,
di mana TUHAN menampakkan diri kepada Daud, ayahnya, di tempat yang
ditetapkan Daud, yakni di tempat pengirikan Ornan, orang Yebus itu." - 2 Tawarikh 1
Bait Allah yang didirikan Salomo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bait Salomo dikehendaki Tuhan didirikan di Gunung Moria. Mengapa di Gunung Moria akhirnya janji Tuhan kepada Daud dapat digenapi? Hal itu karena sekian ribu tahun sebelumnya telah terjadi kematian daging baik bagi Abraham maupun Ishak yang menggambarkan secara profetik bagaimana akhirnya Bapa mengorbankan Putra-Nya yang tunggal - Yesus Kristus.
Dan tanah di Gunung Moria itu telah sempat dibeli Daud dan dibayar lunas dari Arauna (nama lain dari Ornan). "Bertanyalah Arauna: 'Mengapa tuanku raja datang kepada hambanya
ini?' Jawab Daud: 'Untuk membeli tempat pengirikan ini dari padamu
dengan maksud mendirikan mezbah bagi TUHAN, supaya tulah ini berhenti menimpa rakyat.' ... Tetapi berkatalah raja kepada Arauna: 'Bukan begitu, melainkan aku
mau membelinya dari padamu dengan membayar harganya, sebab aku tidak
mau mempersembahkan kepada TUHAN,
Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa.' Sesudah itu
Daud membeli tempat pengirikan dan lembu-lembu itu dengan harga lima
puluh syikal perak. Lalu Daud mendirikan di sana mezbah bagi TUHAN dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Maka TUHAN mengabulkan doa untuk negeri itu, dan tulah itu berhenti menimpa orang Israel." - 2 Samuel 24:21-25. Polanya selalu sama, Gunung Moria dapat memiliki Bait Salomo setelah ada kematian dari Abraham dan Ishak dan harga yang dibayar oleh Daud.
Jadi baik di Sikhem, di Hebron maupun di Gunung Moria, semua telah mencapai puncak penggenapan janji dan menerima warisan ilahi dengan memberikan kematian (daging) dan pembayaran harga sebagai protokoler yang berlaku secara terpola dari Tuhan sendiri. Demikian juga hal ini berlaku bagi kita untuk menerima warisan ilahi adalah dengan mempersembahkan hidup kita seutuhnya dan membayar semua harga yang dibutuhkan untuk mejadi murid-Nya yang sejati.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.