"Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: 'Abraham,' lalu sahutnya: 'Hineni.' ... Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: 'Bapa.' Sahut Abraham: 'Hineni.' ... Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: 'Abraham, Abraham.' Sahutnya: 'Hineni.' ... " - Kejadian 22
Apa yang telah terjadi sebelum semuanya ITU dalam hidup Abraham? Sampai akhirnya ia menyambut Allah dengan menyebut "Hineni." Jika harus diceritakan dan dijabarkan ulang Kitab Kejadian dari pasal 12 hingga pasal 21, maka itulah yang telah terjadi sebelum akhirnya ia memperoleh kehormatan untuk mengorbankan anak tunggal dari perjanjian dengan Allah. Kisah hidupnya dalam 10 pasal itu sesungguhnya sangat menyakitkan bagi dagingnya, sejak keluar dari kampungnya, tertahan oleh ayahnya, berpisah dari keponakannya, menuruti keinginan manusiawi dari Sara untuk menghampiri Hagar hingga memperoleh anak kedagingan - Ismael, terjepit dalam konflik "2 isteri" hingga harus mengusir Hagar dan Ismael, dan sebagainya. Dan yang paling dramatis adalah melihat serta membesarkan anak perjanjian - Ishak.
25 tahun penantian dan sekian tahun kebersamaan dengan putera tunggal tercinta tidak menjadikan Abraham merasa memiliki Ishak, sama seperti Bapa tidak pernah ragu untuk mengorbankan Putera tunggal-Nya - Yesus Kristus. Lebih hebatnya lagi adalah Ishak tidak memberontak, namun taat dan kelu hingga di atas kayu bakar, sama seperti Yesus tidak menganggap keallahan-Nya sebagai milik yang harus dipertahankan dan tetap setia hingga mati di atas kayu salib.
Sekarang renungkanlah masa lalu kita semua dengan segala pengalaman yang pernah ada hingga saat kita mambaca tulisan ini. Dan jika sekarang Tuhan meminta untuk mempersembahkan seluruh hidup kita secara total bahkan itu adalah sesuatu yang kita takutkan atau kita hindari selama ini, dan Tuhan minta kita mengalaminya TANPA mengeluh, namun dengan kerelaan dan kepercayaan penuh kepada Dia, adakah kita akan tetap menjawab Hineni - Here I Am?
"Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa. ... Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta kepada tuanku, kepada isteriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka, maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup." - Keluaran 21:2-6
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.