"Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi,
percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga
cakap mengajar orang lain. Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan
soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada
komandannya. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu." - 2 Timotius 2:1-7
Rasul Paulus menasehati Timotius untuk terus menerus menjadkuat dengan cara tetap tinggal dalam kasih karunia yang terkandung dalam Kristus Yesus. Karena di dalam kasih karunia tersebut terkandung kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat atau yang disebut dalam bahasa Yunani adalah dunamis. Ini adalah kasih karunia atau dunamis yang sama yang difirmankan kepada jemaat Korintus untuk tidak disia-siakan - "Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima." - 2 Korintus 6:1.
Tindakan untuk terus menerus tinggal dalam kasih karunia digambarkan Rasul Paulus dengan analogi dari cara hidup Tentara Romawi dan Olahragawan zaman itu, dimana keduanya hidup disiplin sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Tentara Romawi dilatih dan ditempa untuk sangat ahli dan jago dalam pertempuran, sehingga mereka merupakan salah satu jenis tentara yang terkenal paling kuat karena ketrampilan atau skill berperang individunya. Tingkat kedisiplinan mereka juga ditunjukkan dari baju zirah mereka yang sangat kokoh dan rapat di bagian dada depan, namun kosong di bagian punggung belakang. Tujuan dari rancangan baju zirah yang demikian; pertama, supaya sesama tentara saling melindungi bagian belakang temannya sehingga mereka tetap kompak menghadapi musuh; ke-dua, supaya ketika ada salah seorang tentaranya mundur dari medan pertempuran (desersi), baik komandan maupun temannya diperbolehkan membunuh tentara yang mundur tersebut karena dinilai dapat menjatuhkan mental pasukan lain dalam menghadapi musuh mereka saat itu. Sebagai tentara yang berdedikasi tinggi, mereka juga tidak diperkenankan untuk nyambi atau memiliki profesi lain selain sebagai tentara. Jika mereka sebagai tentara namun juga berdagang misalnya, dan dalam kegiatan dagang mereka berhubungan dengan pihak musuh, maka akan terjadi conflict of interest di dalam integritas mereka sebagai tentara.
Pada saat tidak berperang, Tentara Romawi tetap memelihara ketangkasannya dengan menjadi Olahragawan, terutama gulat dan tinju. Ketika ada kesempatan, mereka ikut dalam pertandingan sebagai Olahragawan sesuai dengan peraturan pertandingan yang berlaku. Dan peraturan serta kedisiplinan sebagai seorang Olahragawan tidak kalah ketatnya dengan kedisiplinan ketentaraan mereka. Hal itu di antaranya adalah pengawasan untuk tidak menyuap juri / hakim pertandingan, porsi-porsi latihan yang berat dan padat, tidak boleh melakukan hubungan seks selama sebulan penuh sebelum bertanding, dan sebagainya.
Baik peraturan-peraturan ketentaraan maupun sebagai olahragawan harus ditaati oleh mereka semua untuk menjaga agar mereka tetap dalam kondisi yang prima dan siaga, baik di medan pertempuran maupun di arena pertandingan. Demikian pula Gereja Tuhan untuk terus menerus tetap tinggal dalam kasih karunia dan tidak menyia-nyiakan kuasa dunamis yang ada di dalamnya, Tuhan menghendaki supaya kita semua memiliki tingkat kedisipinan yang sama dengan Tentara Romawi, supaya kita didapati berkenan di hati Komandan kita.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.