Sesi kotbah hari ini didahului dengan cerita Pdt. Petrus Agung Purnomo semalam. Berikut kilasan ceritanya; saat itu beliau beserta rombongan sebanyak 2 bus telah menyelesaikan tugas di atas gunung dan sedang jalan balik ke bawah. Di tengah jalan, rombongan tersebut menjumpai segerombolan orang dalam jumlah sangat banyak dan gerombolan tersebut mengenakan pakaian perang Tentara Romawi. Tepat di tengah gerombolan tersebut, Pak Agung melihat Tuhan Yesus memikul kayu salib sambil kelihatan seperti mencari-cari seseorang atau sesuatu. Ketika Tuhan Yesus masih mencari-cari, pandangan-Nya beradu dengan mata Pak Agung. Tatapan mata-Nya yang berbeda itu menyirat bahwa Ia sedang mencari dua pribadi. Yang pertama seorang gembala gereja dari Yogyakarta, yang seorang lagi adalah supirnya Ev. Iin Tjipto. Selain itu Tuhan Yesus juga berpesan khusus, "Beritahu ayahmu (Ev. Yusak Tjipto), bahwa masih ada beberapa tugas lagi yang harus ia selesaikan." Dicari-Nya gembala dari Yogyakarta tersebut diyakini beliau bahwa Lawatan Besar yang akan terjadi dalam waktu dekat ini akan diawali dari sana dan berlanjut ke seluruh Nusantara hingga ke seluruh penjuru dunia.
"Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima." - 2 Korintus 6:1. Tanda orang menyia-nyiakan anugerah adalah bahwa kehidupan, pelayanan dan apapun yang ada padanya tidak memberi efek atau dampak yang kuat yang mampu mengubah lingkungan di sekitarnya. Berikut adalah batasan-batasan lainnya:
4. Batasan Panggilan - "Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan
hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki
bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan." - 2 Tawarikh 26:16. Uzia yang saat itu telah menjadi kuat, menjadikan ia sombong dan merasa layak sampai-sampai hendak terlibat dan mengatur pelayanan keimaman yang bukan menjadi bagiannya. Sama halnya dengan banyak orang percaya yang sudah diberkati sedemikian rupa terutama secara keuangan, merasa berhak mengatur tata cara dan segala sesuatunya dalam organisasi gereja lokalnya, yang bahkan bukan bagiannya untuk memberikan pendapat tanpa ditanya.
5. Batasan Iman - "Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap
orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih
tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu
berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman,
yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing." - Roma 12:3. Tuhan menghendaki untuk kita semua mengenal dengan benar akan diri kita sendiri dan kemampuan iman kita. Ada ukuran iman yang harus dikenali supaya dalam setiap hal kita tidak terjebak dalam pemaksaan kehendak kita sendiri. Ada yang memang patut memikirkan perkara puluhan juta rupiah, janganlah memaksakan perkara yang kelasnya miliaran rupiah.
6. Batasan Pengurapan (Otoritas) - "Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan
tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, ... Kiranya TUHAN menjauhkan dari padaku untuk menjamah orang yang diurapi TUHAN. Ambillah sekarang tombak yang ada di sebelah kepalanya dan kendi itu, dan marilah kita pergi." - 2 Samuel 26:7-11. Daud sangat disusahkan oleh pengejaran Saul yang sedemikian agresif. Ia pernah melepaskan Saul satu kali, namun Saul makin menggila untuk membunuh Daud. Namun hal itu tidak menjadikan Daud merasa berhak untuk bertindak semaunya. Daud mengenal batasan pengurapan juga paham benar bahwa pembalasan hanyalah hak-Nya Tuhan.
7. Batasan Kenikmatan - "Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku
bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana
terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat." - Roma 16:19. Berkat diberikan memang untuk dinikmati, namun nikmatilah berkat dalam kebijaksaan. Ada orang yang suka akan suatu barang tertentu, dan orang tersebut malah membuat ikatan dengan kesukaannya hingga di luar kewajaran, misal mengoleksi tas, jam tangan maupun berbagai aksesoris lainnya sedemikian banyak namun hanya untuk dikoleksi dan BUKAN dipergunakan sehari-hari. Hal ini jelas tidak bijaksana bahkan menjadikan berkat sebagai batu sandungan.
Selalu ingatkan diri kita sendiri bahwa Tuhan TANPA kita akan tetap mampu merampungkan semua kehendak-Nya dengan sempurna. Dengan demikian kita tidak terjebak dalam perasaan merasa layak dan senantiasa semakin tahu diri bahwa sesungguhnya kita hanyalah hamba-hamba yang tiada berguna.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.