Labels

Friday, November 17, 2017

Perjodohan & Mentalitas Kerajaan

"Jangan sampai salah memilih jodoh. Mau pilih yang nilainya 6 di mata manusia tapi bernilai 9 di mata Tuhan atau yang nilainya 9 di mata manusia tapi bernilai 6 di mata Tuhan?" - Mikhael Iin Tjipto

"Don't become partners with those who reject God. How can you make a partnership out of right and wrong? That's not partnership; that's war. Is light best friends with dark?" - 2 Corinthians 6:14 (The Message)

"Jangan berjodoh (atau bermitra) dengan mereka yang menolak (kehendak) Allah. Bagaimana kamu bisa menjalin perjodohan (atau kemitraan) antara yang benar dan yang jahat? Itu bukan perjodohan; itu adalah perang. Apakah terang bersahabat dengan kegelapan?" - 2 Korintus 6:14 (Terjemahan versi The Message)

Tahukah Anda bahwa setiap keluarga kerajaan (ningrat) di mana pun kerajaannya, mereka tidak boleh menikah dengan rakyat jelata, melainkan harus dengan sesama ningrat, sekalipun mereka tidak atau belum saling mengenal atau saling menyukai atau mencintai?

Sebagai contoh, Pangeran Charles harus menikah dengan almarhum Putri Diana. Padahal Pangeran Charles sudah memiliki dambaannya sendiri yang sekarang menjadi istrinya. Pangeran Charles cerai hidup dengan Putri Diana dan menyebabkan beliau tidak bisa dipilih menjadi Raja Inggris menggantikan Ratu Elizabeth II. Sebagai gantinya Pangeran William lah yang akan meneruskan takhta kerajaan tersebut.

Mengapa urusan perjodohan menjadi begitu ketat bagi para ningrat? Karena mereka keluarga kerajaan & BUKAN rakyat jelata. Pada mereka melekat jati diri sebagai keluarga kerajaan dan mewarisi kekuasaan yang sangat besar dalam destiny mereka masing-masing.

Begitu juga kita sebagai anak-anak Kerajaan Allah dan Bapa kita yang adalah Raja di atas segala raja. Salah berjodoh bagi kita sebagai anak-anak Kerajaan akan menciderai warisan dan destiny "kingship" kita, bahkan panggilan kita di dalam Tuhan pun bisa terlantar sama sekali.

Mengapa demikian? Karena banyak anak Raja yang tidak sadar bahwa dirinya adalah anak Raja tapi mentalnya rakyat jelata!

Belajar Dari Kejahatan Esau

Berulang kali di dalam Alkitab tertulis betapa bencinya Tuhan terhadap Esau, baik itu di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam Perjanjian Baru. 

"Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, --supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya-- dikatakan kepada Ribka: 'Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,' seperti ada tertulis: 'Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.'" - Roma 9:11-13

"Ucapan ilahi. Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi. 'Aku mengasihi kamu,' firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: 'Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?' 'Bukankah Esau itu kakak Yakub?' demikianlah firman TUHAN. 'Namun Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.'" - Maleakhi 1:1-3

Mengapa Tuhan begitu membenci Esau? Karena Esau hidup hanya berdasarkan nafsu cabulnya, nafsu yang merendahkan bahkan meniadakan "kingship"-nya di dalam Kerajaan. Saking fatalnya kejahatan Esau, sampai tidak punya kesempatan untuk memperbaiki atau menebus kesalahannya itu.

"Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata." - Ibrani 12:16-17

"Ketika Esau melihat, bahwa Ishak telah memberkati Yakub dan melepasnya ke Padan-Aram untuk mengambil isteri dari situ--pada waktu ia memberkatinya ia telah memesankan kepada Yakub: 'Janganlah ambil isteri dari antara perempuan Kanaan' -- dan bahwa Yakub mendengarkan perkataan ayah dan ibunya, dan pergi ke Padan-Aram, maka Esaupun menyadari, bahwa perempuan Kanaan itu tidak disukai oleh Ishak, ayahnya." - Kejadian 28:6-8

Esau benar-benar mengabaikan Allahnya, JEHOVAH. Ia juga mengabaikan kakeknya, Abraham dan ayahnya, Ishak. Ia sama sekali tidak paham perjanjian, warisan, otoritas dan kuasa yang dianugerahkan TUHAN Semesta Alam kepada keluarganya. Mentalitasnya rendah sekalipun identitasnya begitu agung dan itu juga yang terjadi kepada banyak anak Tuhan dari zaman ke zaman di seluruh dunia.

Sedangkan Yakub sungguh-sungguh mendengar perkataan ayah dan ibunya dan bersikap selayaknya bangsawan Kerajaan Allah. Yakub mengikuti jejak Abraham dan Ishak dalam perjodohannya. Jika Anda ada membaca Book of Jasher (Kitab Orang Jujur), di situ tertulis bahwa Yakub baru menikah pada usia 77 tahun, sementara saat itu usia Lea dan Rahel baru 20 tahun (keduanya adalah saudari kembar). Jadi sementara Yakub hidup menguduskan dirinya sampai usia 77 tahun barulah ia menikah, di sisi lain Esau telah kawin dengan banyak wanita asing sejak masa mudanya sesuai dengan nafsu cabulnya itu.

Kesimpulan

Perjodohan anak-anak Kerajaan bukanlah hal yang sepele dan tidak bisa dipandang ringan sama sekali, sebab di dalamnya berkaitan dengan panggilan sorgawi (high calling - Filipi 3:14, Ibrani 3:1), destiny dan warisan "kingship" yang dampaknya sampai pada kekekalan. Dan kekekalan itupun berujung pada dua pilihan, Sorga atau Neraka.

Menyepelekan atau merendahkan masalah perjodohan yang kudus seperti yang dilakukan Esau, itu berarti:

1. Merendahkan atau mengabaikan TUHAN Allah sebagai Raja di atas segalanya.
2. Merendahkan atau mengabaikan perjanjian luhur yang telah Tuhan adakan dengan nenek moyang kita (Abraham, Ishak dan Israel).
3. Sekalipun kita sebagai Gereja adalah cangkokan dari bangsa pilihan, itu juga berarti merendahkan atau mengabaikan Karya Penebusan Yesus Kristus yang melalui Diri-Nya kita dijadikan anak-anak Kerajaan Allah.
4. Kita juga merendahkan atau mengabaikan diri kita sendiri sebagai anak-anak dari Raja di atas segala raja.

Jadi, sesungguhnya dalam hal perjodohan ini setiap anak-anak Kerajaan seharusnya berkata, "Tuhan, siapa jodohku yang paling cocok dan paling menguntungkan bagi Kerajaan kita?" Itu baru mentalitas Kerajaan Sorga, mentalitas Kerajaan Yang Tak Tergoncangkan! Sebab di dalam Kristus, kita hidup dengan menyandang Nama di atas segala nama itu, maka sudah sepatutnya kita memberi seluruh hidup kita menjadi benefit yang paling maksimal bagi kepentingan Kerajaan. Dan sikap demikian inilah yang membuat kita patut menerima warisan ilahi yang kekal itu.

Jika tidak demikian, maka kita hanya mencatut Nama Yang Kudus itu demi bisa selamat dari hukuman kekal di Neraka sambil hidup dengan mentalitas rakyat jelata dan dengan nafsu cabul yang rendah seperti Esau!

Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.