Labels

Thursday, November 29, 2018

Alfabet Tet Dan Tujuan Menjadi Kepala

Alfabet Tet merupakan abjad ke-9 dalam Alfabet Ibrani. Angka 9 sendiri merupakan puncak atau kulminasi dari sebuah proses atau sebuah perjalanan. Itu sebabnya akhir yang diharapkan dari puncak perjalanan orang percaya di dalam Kristus Yesus di dunia adalah kesembilan buah roh (Galatia 5:22). 

Begitu juga kata Ibrani pertama di Alkitab yang diawali Alfabet Tet adalah TOV (טוֹב) yang berarti baik (good). Hampir semua kebaikan ada pada akhir tiap-tiap proses penciptaan dunia ini di Enam Hari Penciptaan pada Kitab Kejadian pasal 1.

Namun akhir dari sebuah proses atau suatu perjalanan tidak selalu berakhir dengan baik. Secara umum selalu ada dua kemungkinan dari sebuah hasil akhir, entah baik atau buruk, benar atau salah, sukses atau gagal, dan seterusnya. 

Itu sebabnya kata TAHORAH (טוֹהַר) yang berarti kemurnian atau kesucian (purity) dan kata TUMAH (טוּמאָה) yang berarti kenajisan atau kecemaran (impurity) merupakan sebuah hasil akhir dari sebuah proses atau suatu perjalanan yang sama-sama diawali dengan alfabet Tet.

Jadi Alfabet Tet memiliki dua makna yang kontras dalam satu abjad ini, sementara Alfabet Ibrani yang lain tidak memiliki dua makna yang kontras seperti Alfabet Tet. Itu sebabnya Alfabet Tet merupakan paradoks.


Sama seperti Alfabet Chet (Alfabet Ibrani ke-8) yang terdiri dari Alfabet Vav (Alfabet Ibrani ke-6, lambang manusia) dan Alfabet Zayin (Alfabet Ibrani ke-7, lambang Manusia Kristus) dalam satu chuppah atau kuk, begitu juga Alfabet Tet juga terdiri dari Vav dan Zayin.

Jadi sementara Chet menggambarkan awal perjalanan kita sebagai orang percaya di dalam Kristus Yesus, yakni sebagai ciptaan yang baru, maka Tet menggambarkan hasil akhir perjalanan tersebut, yang seharusnya masing-masing kita menjadi manusia baru yang tunduk seutuhnya terhadap Kristus.

Namun jika akhir perjalanan tersebut tidak berakhir seperti yang seharusnya, yakni ciptaan baru kembali menjadi manusia lama, maka orang tersebut tetap berakhir di bawah hukum dosa, yang dalam hal ini digambarkan dengan (ekor) ular.

Itu sebabnya ketika Tuhan mengatakan kepada bangsa Israel mengenai berbagai persyaratan untuk menikmati hidup yang diberkati, rinciannya sebagai berikut,

"TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." - Ulangan 28:13-14

Jadi ternyata kata kepala bukan sekedar mengacu kepada peran pemimpin, dan kata ekor bukan sekedar mengacu kepada peran pengikut. Kata kepala dan kata ekor dalam pesan tersebut mengacu pada hasil akhir perjalanan hidup kita di hadapan Tuhan, apakah kita berakhir baik, kudus, murni, berbuah-buah roh, Tahorah (pure) atau kita berakhir jahat, cemar, najis, tidak berbuah roh, Tumah (impure).

Dan Tuhan menjabarkannya dengan sangat gamblang jika ingin mengalami hidup yang diberkati dan berakhir menjadi kepala, menjadi terus naik dan tidak turun, yakni dengan setia menaati semua perintah dan petunjuk-Nya tanpa adanya penyimpangan.

Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!

Wednesday, November 28, 2018

Kisah Para Remnant

"Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa." - Kisah Para Rasul 2:41

"Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam. Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki." - Kisah Para Rasul 4:3-4

Bagaimana awal zaman Gereja terjadi? Pertama-tama lawatan Roh Kudus, 120 orang menikmatinya. Selanjutnya, dengan kuasa Roh, Petrus berkotbah pertama kali, dan 3000 jiwa dituai. Kemudian, Petrus dan Yohanes harus menghadapi aniaya, mereka ditangkap dan diadili, namun di saat yang sama, terjadi penuaian yang lebih besar lagi, 5000 laki-laki memberi diri kepada Kristus.

Jadi dalam hal ini, baik pencurahan Roh Kudus, penuaian jiwa-jiwa dan aniaya serta persekusi terhadap pengikut Kristus berlangsung secara bersamaan.

Begitu juga pada masa 1260 hari, setelah Naga Merah dan kerajaannya dijatuhkan dan Antikristus menduduki Bait Suci ke-3, melalui Dua Saksi Elohim dan Pasukan Gada Besi, Roh Kudus akan menghadirkan lawatan terbesar disertai tanda-tanda dan mujizat-mujizat terdahsyat yang belum pernah termanifestasi sebelum dunia dijadikan.

Di saat yang sama aniaya dahsyat terjadi dalam Masa Tribulasi Besar dan tuaian terbesar pun tergenapi melalui kesaksian dahsyat dari Dua Saksi Elohim dan Pasukan Gada Besi (Nameless, Faceless & Selfless Generation).

Barulah setelah itu Tuhan Yesus datang kembali, pertama-tama untuk menghakimi dunia dan kemudian bersama para martir memerintah dunia selama 1000 tahun.

Jadi dalam masa 1260 hari itu, baik pencurahan Roh Kudus, aniaya besar dan tuaian besar akan berlangsung bersamaan, dan di saat yang sama juga terjadi murtad akbar dari Gereja yang berkhianat dan menerima nama binatang itu.

Thursday, November 22, 2018

Menguji Setiap Roh

Beberapa waktu yang lalu, melalui aplikasi WhatsApp ada seorang teman mem-forward tulisan berikut ini:

UJILAH SETIAP ROH 

Setiap orang yang mengenal saya secara pribadi mengetahui bahwa saya memiliki karunia membedakan roh. Mereka sering memperlihatkan foto-foto di akun media sosial dan meminta saya menguji rohnya dengan memandang fotonya.

Teman : "Kalau orang ini bagaimana pak?"

Saya : "Orang ini dikuasai roh kemunafikan. Dia terlihat baik di luar, tetapi hatinya jahat."

Teman : "Benar pak dia seperti itu. Kalau yang ini pak?"

Saya : "Orang ini dikuasai roh kebencian. Sebuah firman Allah pernah menyinggung dosanya dan dia marah kepada yang menyampaikannya."

Teman : "Benar sekali pak. Kalau ini?"

Saya : "Orang ini dikuasai roh antikristus. Dia sering menyerang anak-anak Tuhan."

Teman : "Wow...benar itu pak. Kalau yang ini bagaimana pak?"

Saya : "Orang ini dikuasai roh Lucifer. Dia sering mengaku-ngaku sebagai Tuhan."

Teman : "Astaga...itu benar. Kalau yang ini bagaimana pak?"

Saya : "Orang ini cabul. Dia dikuasai roh perzinahan."

Teman : "Ya ampun...benar itu. Kalau orang ini pak?"

Saya : "Orang ini nabi palsu. Dia dikuasai roh nabi-nabi palsu. Dia hanya bicara yang menyenangkan telinga dan lucu-lucu saja.

Teman : "Benar, dia seperti itu. Kalau ini pak?"

Saya : "Oh...ini anak Tuhan, Roh Kudus tinggal di dalam dia. Matanya teduh dan penuh kasih."

Teman : "Benar...bapak tidak salah menilai orang ini. Dia seorang hamba Tuhan yang rendah hati."

Umat yang dikasihi Tuhan, di dunia ini banyak roh dan setiap roh mengikat hidup manusia pada sebuah dosa. Anda harus dipimpin oleh Roh Kudus, yaitu Roh "terbesar" di dunia ini untuk menguji roh-roh dunia. Semoga kebenaran ini menjadi berkat buat Anda saudaraku.

Buat saya perkara yang tertulis di atas itu adalah pengajaran yang menyesatkan (misleading).

Saya tidak mengingkari bahwa ada orang yang memiliki karunia untuk mampu membaca (sebagian) karakter orang lain melalui foto atau tulisan tangan atau medium lainnya. 

Tapi:

1. Karunia membedakan roh (discerning of spirits) itu bukan pada penampilan wajah atau cara berpakaian, melainkan pada kejadian atau peristiwa (events), biasanya saat acara ibadah. Bisa juga pada kejadian-kejadian lain misalnya saat hendak membuat suatu perjanjian bisnis. 

Perlunya karunia membedakan roh karena secara kasat mata kejadiannya kelihatan baik atau normal tapi ternyata ada roh jahat yg beroperasi di balik kejadian yang kelihatan baik itu.

2. Melihat foto sejenis itu bukanlah tindakan pengujian yang dimaksudkan dalam firman Tuhan,

"... dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan." - Efesus 5:10

"Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik." - 1 Tesalonika 5:21

"Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia." - 1 Yohanes 4:1

Menguji roh itu adalah tugas setiap anak Tuhan baik yang memiliki ataupun yang tidak memiliki karunia discerment. Kalau hanya bisa dilakukan oleh yang memiliki karunia discernment tentu perintahnya akan berbeda atau diberi catatan khusus.

Oleh karena menguji setiap roh seharusnya bisa dilakukan oleh setiap anak Tuhan, maka alat penguji atau standar pengujiannya pun harus baku dan bisa digunakan oleh setiap anak Tuhan, yakni Firman Tuhan, BUKAN karunia discernment.

Maka itu sebabnya setiap anak Tuhan wajib memiliki pengetahuan dan pengenalan akan Firman sehingga bisa menguji setiap roh. Tentu yang pengenalan akan Firmannya lebih baik akan mampu menguji dengan lebih cepat dan lebih akurat dibanding yang pengenalan akan Firmannya belum seberapa.

Perhatikan juga ketika ada hamba-hamba Tuhan di akhir waktu Tuhan Yesus bahkan mengatakan kepada mereka, "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena tidak punya pengetahuan atau pengenalan yang benar akan Sang Firman. Dengan demikian, jelaslah ketika Tuhan mengatakan bahwa umat-Nya binasa karena kurang akan pengetahuan dan pengenalan akan Firman.

Juga ketika ada banyak orang yang tidak bisa membedakan mana nabi yang benar dengan nabi yang palsu, pengajar yang benar dengan pengajar yang palsu, dan seterusnya. Hal itu bukan soal punya atau tidak punya karunia membedakan roh, melainkan punya atau tidak punya pengetahuan dan pengenalan akan Firman.

Jadi pengujian setiap roh itu adalah masalah pengetahuan dan pengenalan akan Firman, dan BUKAN masalah kepekaan roh semata. 

Tuhan memberkati.

Wednesday, November 21, 2018

Perempuan, Keturunan-Keturunannya Dan Padang Gurun Di Masa 1260 Hari

Pada awal masa pelayanan-Nya di Bumi, Tuhan Yesus dibawa ke padang gurun. Siapakah yang membawa-Nya? Ya Roh Kudus (Holy Spirit)

"Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis." - Matius 4:1

Untuk apa Tuhan Yesus dibawa ke padang gurun? Untuk diuji iman-Nya dan didapati kelayakan-Nya menerima Mandat Agung dari Bapa.

Dan bagaimanakah Tuhan Yesus keluar dan menang dari padang gurun? Dengan kuasa Firman (Holy Scripture). Pengetahuan-Nya akan Firman Kebenaran membawa Tuhan Yesus keluar dari padang gurun.

Jadi padang gurun adalah tempat untuk mengalami suatu progres, suatu proses yang akan menghasilkan peningkatan yang signifikan dan peningkatan tersebut akan berguna bagi mandat yang hendak dipercayakan di kemudian hari.

Begitu juga Perempuan dalam Wahyu 12, yakni Mempelai Wanita-Nya, akan dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk mengalami suatu progres.

"Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa." - Wahyu 12:14

Tidak semua Tubuh Kristus adalah Mempelai Wanita-Nya, ini hanya sebagian kecil saja. Bagian Tubuh Kristus lainnya:

1. Ada yang ditugaskan menjadi Pasukan Gada Besi yang akan bermitra di bawah komando Dua Saksi Allah (Wahyu 12:5) dan akan "head to head" dengan Sang Antikristus selama 1260 hari.

2. Ada yang diperangi dan dianiaya (Wahyu 12:17).

3. Ada yang sudah ditentukan untuk ditawan dan dibunuh menjadi martir bagi Kerajaan (Wahyu 13:10).

Sekalipun masing-masing para pengikut Kristus memiliki bagian yang berbeda-beda pada Masa Tribulasi Besar itu, namun semuanya diharapkan mengalami progres.

"Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus." - Wahyu 13:10

Itu sebabnya semua bagian Tubuh Kristus (orang-orang kudus) harus memiliki ketabahan dan iman yang cukup untuk menderita dan mengalami kemajuan serta peningkatan kualitas sampai mencapai tahap menyerupai Kristus.

Semua pencobaan ini akan berakhir bersamaan dengan berakhir Masa Kesaksian dari Dua Saksi Elohim selama 1260 hari itu. Dan kemudian baik Mempelai Wanita maupun orang-orang kudus lainnya yang menang akan keluar dari padang gurun Tribulasi Besar bersama Sang Firman, Yesus Kristus Tuhan dan Raja, dalam peristiwa Rapture.

Perhatikan bahwa polanya sama, masuk padang gurun dengan Holy Spirit dan keluar dari padang gurun dengan Holy Scripture.

Sekalipun Perempuan itu dilindungi dari serangan Ular Tua, namun ia tetap mengalami proses tertentu yang bisa membawa penderitaan batin tentunya. Mengapa? Karena tidak semua anggota keluarga adalah bagian dari Perempuan tersebut. 

Ada yang hanya istrinya saja, sedangkan suami maupun anak-anaknya ada di bagian lain, ada yang hanya kakak beradik saja, sedangkan orang tua mereka mungkin akan menyangkali Nama Yang Mahamulia itu dan sebagainya. Dengan demikian perkataan Tuhan Yesus akan mencapai puncak penggenapannya,

"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang

"Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.

"Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku." - Matius 10:34-37

Pertanyaannya adalah, mengapa mengikut Kristus kelihatan begitu berat di Masa Tribulasi Besar nanti?

Jawabannya adalah karena kita harus menyambut Anak Manusia dalam segala kuasa dan kemuliaan-Nya. Kita tidak akan menyambut Tuhan Yesus seperti bangsa Israel menyambut-Nya, kita tidak akan melihat Tuhan Yesus seperti rakyat Israel dan para penguasa Romawi melihat-Nya 2000 tahun yang lalu.

Tanpa ketabahan, iman dan kualitas manusia roh yang progresif maka kita hanya akan menjadi hancur ketika Sang Raja mengumbar kuasa dan kemuliaan-Nya di Bumi. 

Itu sebabnya 2000 tahun yang lalu Tuhan Yesus telah melihat keadaan kita semua saat Ia datang kembali, dan bertanya, "Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"

Dalam perkataan lain, Tuhan Yesus bertanya, "Ketika Aku datang sebagai Raja dengan segala kuasa dan kemuliaan-Ku, apakah kamu siap?"

Masa Tribulasi Besar adalah anugerah khusus yang teristimewa untuk kita sambut sebab masa itu adalah pertolongan bagi kita untuk mengalami kelayakan yang progresif ketika nanti Sang Raja telah tiba di Bumi.

Tuhan memberkati.

Satu Pilihan Untuk Selamanya

Sebagai pengikut Kristus di Akhir Zaman ini kita patut bersyukur dan berbangga akan tibanya saat untuk kita memilih satu hal yang dampaknya akan sampai kepada kekekalan.

Hal itu sudah dinubuatkan oleh Tuhan Yesus sendiri,

"Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi." - Wahyu 3:10

Ya Masa Tribulasi Besar adalah hari pencobaan atau godaan (temptation) yang akan datang menimpa semua orang di seluruh dunia. Apakah godaan tersebut? Itu adalah godaan atau pencobaan untuk menyangkali Nama Yang Mahakudus itu sekaligus penerimaan akan nama binatang itu.

Menariknya adalah ketika kita harus menyaksikan mereka yang di sekitar kita maupun orang-orang yang kita kasihi, entah mereka juga pengikut Kristus atau bukan, tapi mereka memutuskan untuk menerima nama binatang itu, sedangkan di saat yang sama kita berjuang untuk tetap setia.

Saat itu akan terjadi perceraian yang multi status ketika pasangan suami istri mengambil keputusan yang berbeda, orang tua dan anak mengambil keputusan yang berbeda, maupun sesama saudara kandung mengambil keputusan yang berbeda. Mereka bercerai tanpa perlu proses hukum yang biasa berlaku.

Itu semua barulah lingkup keluarga inti, belum lagi dalam lingkungan kehidupan yang lain, tempat kerja, rekanan bisnis, tetangga, bahkan komunitas persekutuan lokal. Setiap orang akan memilih satu dari kedua nama yang berseteru itu, Nama di atas segala nama atau nama binatang itu. Dan setiap pilihan ada konsekuensi kekalnya.

Alangkah indahnya jika sepasang suami istri, apalagi satu keluarga sepakat untuk setia sampai akhir. Mereka adalah yang sangat berbahagia karena menjadi satu hingga altar terakhir.

Yang menang dan tidak menyangkali Nama Yang Mahamulia itu serta menolak nama binatang itu akan dibangkitkan kembali untuk memerintah bersama dengan Sang Raja Yang Empunya Nama Yang Mahamulia itu.

Sedangkan yang menerima nama binatang itu, lebih lagi jika disertai penyangkalan Nama Yang Mahamulia itu maka akan mengalami kematian kekal bersama nama binatang itu.

Satu pilihan untuk selamanya hingga kepada kekekalan. Pilihlah dengan bijaksana.

Tuhan memberkati.

Sunday, November 18, 2018

Kekeliruan Dalam Memahami Tanda Waktu Dalam Kitab Daniel

"Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan." - Matius 24:15-16

Saat Tuhan Yesus mengatakan hal tersebut di atas, sesungguhnya hal itu hanya ditujukan kepada bangsa Israel, dan lebih khusus lagi, ditujukan kepada mereka yang tinggal di wilayah Yudea.

Itu sebabnya Tuhan Yesus tidak memakai istilah Antikristus, melainkan Pembinasa Keji, karena bangsa Israel sampai saat tersebut bahkan sampai saat ini masih belum mengakui Tuhan Yesus sebagai Sang Mesias. 

Sedangkan di sekitar tahun 168 - 164 SM (sekitar 200 tahun sebelum Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya di Bumi) Bait Suci ke-2 pernah dinajiskan oleh seorang kafir bernama Antiochus VI Ephiphanes dari kekaisaran Seleucid selama sekitar 3,5 tahun sebelum akhirnya dia dibunuh oleh Judah Maccabee.

Saat penajisan itu, darah babi dicurahkan di meja pembakaran dan patung dewa Zeus diletakkan di bagian dalam Bait Suci dan orang Israel dipaksa sujud menyembah kepada patung tersebut.

Itu sebabnya juga muncullah hari raya Hanukkah, yang ditulis di Alkitab sebagai hari raya Pentahbisan Bait Allah (Yohanes 10:22), yang dirayakan setiap tanggal Ibrani 24 Kislev - 2 Tevet (sekitar bulan Desember).

Jadi referensi yang disebutkan Tuhan Yesus ketika menyebutkan nabi Daniel sesungguhnya hanya mengacu kepada peristiwa tersebut di atas, karena ada peristiwa yang serupa yang akan terulang di penghujung Akhir Zaman.

Namun kesalahan umum yang terjadi pada Gereja adalah memakai penghitungan satu minggu (7 tahun) terakhir dari 70 minggu yang dijadwalkan sebagai 7 tahun Masa Tribulasi Besar dan adanya Perjanjian Damai di masa modern ini, yang akan terjadi antara Israel dan tokoh Antikristus nanti.

Padahal untuk Masa Tribulasi Besar itu, Kitab Wahyu telah memberikan "time frame" yang baru, yakni 1260 hari, BUKAN 7 tahun, BUKAN 1335 hari atau 1290 hari. Sedangkan Perjanjian Damai yang dimaksud dalam Kitab Daniel sudah terjadi di tahun 168 - 161 SM itu.

Dan penghitungan 1260 hari itu dimulai saat Antikristus yang adalah Pembinasa Keji menduduki Bait Suci ke-3 nanti, bersamaan dengan itu sekaligus dimulainya masa tugas Dua Saksi Allah. Dan semua ini bisa terjadi TANPA didahului dengan adanya Perjanjian Damai.

Atau kalaupun ada, tidak bisa lagi diukur bahwa harus ada jangka 3,5 tahun pertama sejak penandatanganan perjanjian tersebut. Lagipula, perjanjian kali ini adalah antara Israel dengan Palestina, bukan dengan seorang pribadi, melainkan pemerintah dengan pemerintah.

Perjanjian Damai itu dalam Kitab Daniel itu telah tergenapi antara Israel dengan Antiochus IV Ephiphanes. Dan Alkitab tidak menuliskan akan adanya lagi perjanjian serupa untuk Akhir Zaman ini.

Prophet Sadhu Sundar Selvaraj ada menubuatkan bahwa Sang Antikristus akan tampil secara politis dari Berlin, dan Berlin adalah salah satu dari tiga pusat pemerintahannya. Berlin adalah pusat pemerintahan dari sisi politik Sang Antikristus. 

Dua pusat pemerintahan lainnya belum diketahui dan saya menduga kedua lainnya adalah dari sisi ekonomi dan sisi keagamaan, seperti pola Babel yang selama ini dituliskan dalam Alkitab.

Kesimpulan: Referensi Kitab Daniel tidak memberikan petunjuk penghitungan waktu, namun hanya memberikan petunjuk tanda waktu, yakni saat Pembinasa Keji (Sang Antikristus) menguasai Bait Suci ke-3.

Tuhan memberkati.

Monday, November 12, 2018

Penyesatan Dengan Memakai Praktek Grave Sucking

Praktek grave sucking atau grave soaking dalam zaman Gereja modern ini pertama kali diperkenalkan oleh Ps. Bill Johnson (Bethel Church). Yakni dengan mendatangi makam-makam atau kuburan-kuburan para hamba Tuhan yang dulu pernah dipakai secara dahsyat pada zamannya.

Di makam-makam itu, orang-orang tersebut berdoa mengharapkan adanya impartasi urapan yang sama dari mereka yang telah wafat sehingga orang-orang tersebut bisa dipakai Tuhan dengan sama dahsyatnya.

Ayat Firman yang selalu dipakai untuk praktek yang menyimpang ini adalah,

"Pada suatu kali orang sedang menguburkan mayat. Ketika mereka melihat gerombolan datang, dicampakkan merekalah mayat itu ke dalam kubur Elisa, lalu pergi. Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri." - 2 Raja-Raja 13:21

Jadi peristiwa satu-satunya sebuah mayat yang secara tidak disengaja tercampak dalam kubur Elisa lalu hidup kembali karena bersentuhan dengan tulang-tulang Elisa dijadikan dasar dari praktek sesat tersebut.

Padahal insiden itu terjadi karena:

1. Tuhan hendak menggenapi janji-Nya kepada Elisa yang memang mendapat jatah dua kali lipat daripada Elia. Hanya itu alasan dari kejadian tersebut.

2. Orang yang memperoleh kehidupan kembali dari impartasi tulang-tulang Elisa sudah mengalami kematian total, dan siap untuk dikuburkan. Jadi alangkah konyolnya jika kita yang hidup mendatangi kuburan-kuburan tersebut demi memperoleh impartasi urapan yang sudah basi, kecuali kita mau jadi mayat lebih dulu.

Lebih lanjut lagi, praktek grave sucking atau grave soaking ini berkembang sesuai imajinasi dan fantasi yang diinterpretasikan masing-masing orang percaya yakni dengan mendatangi tempat-tempat yang pernah mengalami kebangkitan rohani atau biasa disebut dengan istilah revival sambil berdoa dan menyembah dengan alasan untuk mengambil api kebangunan rohani yang pernah terjadi di tempat-tempat tersebut.

Sebut saja di Wales, di Azusa Street, di sebuah gereja di Toronto, di Soe (Nusa Tenggara Timur) dan berbagai tempat lainnya yang memang sudah menjadi legenda peristiwa kebangkitan rohani di zamannya masing-masing.

Praktek-praktek aneh tersebut dilakukan tentu dengan harapan untuk bisa mengulang peristiwa yang sama dengan skala yang jika memungkinkan bisa lebih dahsyat dari yang pernah terjadi.

Ada lagi seorang anak Tuhan yang dua tahun lalu mengaku disuruh Tuhan untuk mengadakan tur ke Israel, dengan destinasi khusus ke Gihon, yakni ke tempat Salomo diurapi dan ditahbiskan sebagai raja

Dengan destinasi khusus tersebut, tentu mudah ditebak bahwa tujuannya adalah bukan untuk memiliki istri dan gundik sebanyak Salomo, melainkan untuk memperoleh urapan Salomo yakni dalam hikmat, kekayaan dan kemuliaannya.

Inipun merupakan praktek yang menyimpang dari kebenaran karena jelas Tuhan Yesus pernah berkata, "... dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!"

Jelas sebagai pengikut Kristus, sesungguhnya kita telah memiliki kekayaan dan kemuliaan Kristus yang jauh melampaui kekayaan dan kemuliaan siapapun, termasuk Salomo.

Dan sampai sejauh yang saya tahu, anak Tuhan tersebut maupun para peserta yang ikut dalam tur tidak ada satu pun yang secerdas Salomo, apalagi yang sekaya dan semulia Salomo, dan takkan pernah hal itu terjadi.

Coba renungkan dan cermati perkataan Sang Peratap ini,

"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" 

Tuhan tidak punya yang bekas, Tuhan tidak pernah memberikan yang lampau. Bahkan roti manna yang diberikan kemarin pasti berbau busuk dan berulat, hanya roti yang diberikan di hari ke-6 yang tahan untuk dua hari, dan tidak lebih.

Untuk perkara roti manna yang hanya untuk menahan lapar di perut, Tuhan berlaku ketat untuk memberikan yang baru setiap harinya, apalagi untuk perkara-perkara yang jauh lebih tinggi, seperti revival, lawatan dan keselamatan jiwa-jiwa. Tentu Tuhan memiliki dan telah menyediakan yang jauh lebih dahsyat untuk disingkapkan dan dinyatakan pada waktunya.

Juga renungkan perkataan Tuhan Yesus ini, "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

Dalam bahasa Inggris, "It is written, `Man shall not live by bread alone, but by every word that PROCEEDS from the mouth of God.'"

Disebut dengan bentuk sekarang "proceeds", BUKAN bentuk lampau "proceeded". Jadi jelas sekali bahwa Tuhan tidak pernah memberikan kasih karunia yang sudah basi, apalagi berbau busuk kepada Gereja-Nya.

Bahkan lebih hebat lagi Paulus mengatakan,

"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." - 1 Korintus 2:9

Ada 3 level ke-baru-an yang disinggung Paulus, yakni:

1. Telinga kita sudah pernah mendengarnya, tapi kita belum pernah melihatnya.

2. Lebih hebat lagi, kita pernah terpikir tapi hal baru itu belum pernah terjadi, atau minimal belum pernah kita mendengarnya.

3. Dan yang terhebat adalah yang terpikirpun tidak, tapi Tuhan sudah menyediakan.

Semua dari ketiganya itu Tuhan sudah sediakan bagi yang benar-benar tulus mengasihi-Nya. Dengan spirit ini, tentu tidak ada alasan untuk Tuhan memberikan apa yang telah lampau bagi suatu kemuliaan yang harus terwujud di hari ini, maupun di masa mendatang.

Jadi bagian kita adalah sungguh-sungguh mengasihi-Nya, melakukan kehendak-Nya, tanpa perlu menginginkan yang lampau karena Tuhan tidak ada di situ lagi.

Praktek-praktek grave sucking atau grave soaking ini sesungguhnya merupakan penghinaan dan pencemoohan terhadap selera dan jati diri Roh Tuhan sendiri

Sekalipun praktek-praktek ini disertai dengan niat baik bahkan tulus untuk sesuatu yang baik terjadi kepada target yang dimaksudkan, namun praktek-praktek ini sesungguhnya adalah hasil penyesatan dari roh Kundalini atau roh Phyton, si Ular Tua itu sendiri, yang menjerat dengan pesona penuh muslihat.

Waspadalah dan berjaga-jagalah senantiasa.

Tuhan memberkati.

Wednesday, November 7, 2018

The Great Revival, The Great Apostasy And The Great Tribulation

Sebagaimana judulnya, demikian juga urutan kronologinya. Hal itu telah terjadi di zaman Tuhan Yesus melayani di Bumi, hal itu akan terjadi lagi dalam waktu yang tidak lama lagi.

Sebagaimana Tuhan Yesus menjungkirbalikkan meja-meja penukar uang di Halaman Bait Suci, demikian juga di tahun Ayin Tet 5779 dan 2019 ini Tuhan akan menyingkirkan yang menyimpang, yang sesat dan yang palsu. Jika tidak dibuat cacat dan bertobat, pasti akan dimatikan!

Rumah Tuhan yang telah menjadi Babel harus dikembalikan menjadi Yerusalem, dengan demikian barulah layak untuk menggelar The Great Revival.

Perhatikan urutan kronologinya, Matius 21:12-15; Markus 11:15-18; Lukas 19:45-48. Raja datang memasuki Rumah-Nya dan menyingkirkan para penyamun, lalu orang-orang berdatangan menerima mujizat dan mendengarkan pengajaran Firman, kamudian rakyat bersukacita atas kebaikan Tuhan.

Namun hal itu bukanlah sebuah "happy ending", bahkan bukan sebuah "ending" sama sekali, karena tak lama setelah itu, mereka yang menyerukan, "Hosanna," kemudian orang-orang yang sama akan berbalik dan menyatakan, "Salibkan Dia!" Bahkan sekalipun mereka telah menerima mujizat-mujizat-Nya.

Pada saat itulah Masa Tribulasi Besar dimulai dan disertai Murtad Akbar seperti yang telah dinubuatkan,

"Sebab sebelum Hari itu HARUSLAH DATANG DAHULU MURTAD dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah." - 2 Tesalonika 2:3-4

Tanda Binatang akan segera diperkenalkan, iman dan nyawa dipertaruhkan, setiap orang hanya bisa memilih salah satu di antara keduanya.

Yang memilih iman, pasti akan kehilangan nyawa, dan yang menyayangkan nyawa pasti karena telah kehilangan iman. Kecuali mereka yang sudah ditentukan untuk diberi sayap burung nazar dan dilarikan ke padang gurun.

Namun siapa yang telah ditentukan untuk ditawan maupun dibunuh oleh pedang, hendaklah mereka tabah untuk setia sampai akhir. Karena takhta-takhta dan mahkota-mahkota telah disediakan bagi mereka yang menang.

Kebangkitan besar akan terjadi, walau hanya untuk suatu masa yang sangat singkat, tapi Rumah Tuhan harus dimurnikan untuk kembali kepada Tatanan Yang Benar. Semua yang menyimpang, semua yang sesat, dan semua yang palsu harus tersingkir lebih dulu.

Tuhan memberkati.

Jadi Kristen Belum Tentu Menemukan Kerajaan Sorga

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 

"Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." - Matius 13:44-46

Mengapa setelah mengaku menjadi pengikut Kristus, tapi hidupnya tidak benar-benar bahagia? Karena orang tersebut belum menemukan harta terpendam itu atau mutiara yang paling berharga, yakni Kerajaan Sorga.

Mengaku menjadi pengikut Kristus, tapi masih ingin ini dan itu yang sesungguhnya adalah untuk egonya dan kerajaannya sendiri. Sukacitanya tidak kepada yang kekal, termasuk reputasinya, organisasi gerejanya, komunitas persekutuannya, bahkan ikatan keluarganya.

Tetapi barangsiapa yang telah menemukan harta terpendam itu, memahami rahasia yang sesungguhnya, bahkan ia sadar hal itu tidak cukup untuk dibayar dengan seluruh waktu hidupnya, maka pandangannya akan berubah, sikapnya akan berubah, keadaan batinnya pun akan berubah.

Sehingga yang dulunya berharga akan dianggap sia-sia, itu sebabnya ia berani menjual semua miliknya. Karena batinnya telah memahami,

"Kekayaan boleh datang dan pergi kapanpun waktunya, namun harta terpendam ini takkan pernah kulepaskan. Penghormatan boleh datang dan pergi kapanpun waktunya, namun kemuliaan yang kudus ini akan tetap bersamaku."

Dengan pemahaman sedemikian, tidak heran para martir Kristus rela mati untuk sesuatu yang sungguh tidak mampu dinalar. Bahkan dunia ini tidak layak bagi mereka. Dunia ini telah kehabisan kata-kata dan materi untuk memikat hati yang telah martir itu.

Hati yang telah martir itu telah menemukan pengharapannya, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di Sorga baginya.

Tuhan memberkati.

Berkhianat Dengan Memakai Doa Yabes

Sebagai pengikut Kristus, prioritasnya adalah kualitas, bukan kuantitas. Keserupaan dengan Kristus adalah kualitas, dan itu adalah prioritas utama.

Itu sebabnya pengikut Kristus tidak boleh lagi berdoa dengan memakai Doa Yabes, sebab kita telah memiliki segalanya dalam Kristus Yesus.

Pengikut Kristus yang masih berdoa dengan Doa Yabes adalah pengkhianat Injil, pengkhianatan dan pengingkaran terhadap kekayaan dan kemuliaan Kristus. 

Sekalipun Doa Yabes itu bisa menjadi rhema pribadi seorang pengikut Kristus, hal itu tetap tidak sejalan dengan spirit Injil. Terlebih lagi kalau ada gereja maupun hamba Tuhan yang memperkenalkan atau mengajarkan Doa Yabes kepada jemaat, sadar atau tidak, mereka telah mengajarkan pengkhianatan terhadap Kristus dan Injil.

Kita bisa renungkan dan bandingkan dengan Doa Bapa Kami, keduanya kontra dan yang satu tidak memiliki Kristus di dalamnya, sekalipun doa tersebut ditujukan kepada Tuhan dan Tuhan ada mengabulkannya.

Yabes berseru, "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku ..." sedangkan Tuhan Yesus mengajarkan, "... Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya ..."

Pengikut Kristus harus mengejar keserupaan dengan Kristus, yakni mengosongkan dirinya, menyangkali dirinya dan menyalibkan dirinya. Pikiran, perasaan, kehendak dan seleranya harus menjadi pikiran Kristus, perasaan Kristus, kehendak Kristus dan selera Kristus.

Yabes tidak memiliki Kristus, Yabes tidak mengenal Kristus, dan jika Kristus telah ada di zamannya, mungkin Yabes takkan berdoa seperti yang kita kenal saat ini.

Tuhan memberkati.

Monday, November 5, 2018

Pertaruhan Pengikut Kristus

Sebagai orang Kristen, kita tentu telah mendengar berulang kali kisah Daniel yang bertaruh nyawa untuk setia kepada Allah Jehovah, hingga ia dijebloskan ke gua singa, namun nyawanya tetap terpelihara.

Begitu juga kisah ketiga remaja Ibrani, Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang nyawanya tetap selamat sekalipun dijebloskan ke dalam dapur api.

Setelah mereka selamat, Nama Allah Jehovah dipermuliakan bahkan di antara bangsa-bangsa kafir. Sungguh hal itu merupakan kesaksian-kesaksian yang sangat luar biasa.

Namun sebagai pengikut Kristus, hal itu belum tentu terjadi. Sekitar 11 rasul mati martir (Yudas Iskariot mati bunuh diri dan Yohanes diberi hidup kekal), dan minimal ribuan atau mungkin jutaan orang Kristen juga mati martir demi sesuatu yang sesungguhnya sulit dinalar.

Ketika Daniel selamat, Sadrakh, Mesakh dan Abednego selamat, mereka bisa dengan mudah berbangga dengan Allah Jehovah dan merasakan superioritas ilahi dibanding dewa-dewa berhala kerajaan Babel.

Namun ketika zaman Gereja mula-mula, ke-allah-an Tuhan Yesus seakan-akan kalah saing dibanding dewa-dewi kerajaan Romawi saat itu. 

Sampai di sini marilah kita renungkan sejenak, sesungguhnya demi siapakah para martir itu rela mati? Padahal Tuhan tidak menyelamatkan nyawa mereka, dan jumlah mereka justru semakin banyak.

Inilah pertaruhan kita sebagai pengikut Kristus, yakni sekalipun Tuhan tidak menolong, kita tetap bertahan dalam iman hingga akhir nyawa kita. 

Adakah kita sudah mempersiapkan hati dan hidup kita untuk bersikap sama dengan mereka yang menjadi martir di masa Gereja mula-mula, ketika masa yang paling menentukan itu tiba, yakni Masa Tribulasi Besar?

Tanda Binatang itu adalah ujian final bagi Gereja dan barangsiapa menang ia akan duduk memerintah dan berkuasa menghakimi bersama dengan Tuhan Yesus.

Tuhan memberkati.

Dua Resiko Pengikut Kristus

Sadar atau tidak, diakui atau tidak, maupun disangkali atau tidak, bahwa setiap orang yang telah mengambil keputusan sebagai pengikut Kristus akan memperoleh keselamatan kekal, lengkap dengan kedua resikonya.

Resiko yang pertama adalah kehilangan nyawa. Setiap pengikut Kristus harus menjadi saksi bagi Kristus sekalipun nyawa taruhannya. Itu sebabnya begitu kita mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Kristus, maka sesungguhnya satu kaki kita sudah ada di liang kubur, kapanpun nyawa ini bisa hilang karena kita ada mempertahankan iman kita sampai akhir nafas kita.

Jadi tentu sangat bertentangan dengan pengajaran yang mengajarkan bahwa orang Kristen harus hidup berkelimpahan, kehidupannya kelihatan mulus dan meriah, karirnya sukses, bisnisnya mapan, keluarganya harmonis, demi bisa menampilkan terang Kristus, sampai akhirnya justru malah kehilangan indera (sense) untuk menderita bagi Kristus.

Resiko yang kedua adalah kehilangan keselamatan. Koq bisa? Bukankah justru ketika kita menerima keselamatan maka kita ada memperoleh selamat? 

Ya, kelihatannya memang paradoks, namun itulah kebenarannya. Sebab sebagai pengikut Kristus, kita semua terpanggil untuk menjadi imam(at yang rajani) - Wahyu 1:6, 5:10, 1 Petrus 2:5, 9 - dan menjalankan Amanat Agung untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya.

Dan dalam panggilan serta Amanat Agung itu terkandung tanggung jawab yang sangat besar sehingga jika terjadi penyimpangan, maka akan berakibat lebih buruk daripada sebelum menerima keselamatan Kristus.

Itulah sebabnya rasul Paulus mendisiplinkan tubuhnya dan mendidik jiwanya sehingga ia tidak ditolak ketika sudah memberitakan Injil. 

Jadi sebagai imamat yang rajani, sebelah kaki kita sesungguhnya sudah di Neraka, artinya jika kita ada hidup menyimpang sebagai imam-imam Kristus, kita akan berakhir di Neraka.

Dengan kesadaran ini pula, minggu lalu saya berkata bahwa pendeta asal Zimbabwe yang bernama Paul Sanyangore serta pihak yang mengundangnya adalah para nabi palsu. Jadi saya menyatakan demikian dengan kesadaran penuh bahwa satu kaki saya sudah di liang kubur, sekaligus juga sudah di Neraka.

Inilah dua resiko saya sebagai pengikut Kristus sekaligus sebagai saksi Kristus yang akan melewati Masa Tribulasi Besar dan akan "head to head" dengan Sang Antikristus dan Sang Nabi Palsunya.

Tuhan memberkati.

Penghakiman Tuhan Via Prophet Sadhu Sundar Selvaraj - Vol. 02

Kisah yang berikut ini lebih sederhana daripada kisah sebelumnya, namun justru kisah ini masih mengganggu pikiran saya hingga sekarang.

Beberapa tahun lalu, Prophet Sadhu ada melayani di sebuah gereja di sebuah daerah di Amerika Serikat. Setelah jadwal pelayanan selesai, di suatu acara makan malam, di rumah gembala gereja setempat, Prophet Sadhu hadir.

Setelah jamuan makan malam selesai, gembala gereja tersebut meminta dengan sopan agar Prophet Sadhu berdoa memberkati mereka, dan beliau menyetujuinya.

Namun seketika Prophet Sadhu memejamkan mata untuk berdoa, beliau terkejut karena Tuhan menunjukkan pedang atas gereja yang digembalakan sang tuan rumah.

Dan ketika Prophet Sadhu menanyakan permasalahannya, Tuhan menjelaskan bahwa gereja tersebut tidak berbuah seperti yang dikehendaki. Dan segera Prophet Sadhu memohon pengampunan dan meminta kesempatan untuk gereja tersebut berbuah.

Lalu Tuhan Yesus menjawab, "Karena kamu ada meminta kesempatan untuknya, Aku berikan waktu satu tahun lagi untuk mereka berbuah."

Setelah 20 menit Prophet Sadhu berdoa tanpa sekalipun mengucapkan doa berkat seperti yang diminta di awal, beliau memanggil gembala tersebut untuk bicara empat mata atas pesan yang baru saja Tuhan sampaikan saat itu.

Respon gembala gereja tersebut sangat baik, dia mengakui kesalahannya, meminta ampun, bahkan pada hari Minggu berikutnya, pesan Tuhan tersebut disampaikan secara terbuka kepada jemaat, pengerja dan majelis gereja.

Tidak hanya sampai di situ, mereka juga sepakat untuk menjadwalkan doa dan puasa berantai untuk adanya perubahan dan terhindar dari hukuman Tuhan.

Namun tepat setahun kemudian, Tuhan Yesus menampakkan diri kepada Prophet Sadhu, "Hari ini tepat satu tahun Aku telah berikan kesempatan untuk gereja itu berbuah, tapi Aku tidak mendapati mereka berbuah, maka Aku segera memotong mereka."

Tidak lama setelah itu gereja tersebut tutup untuk selamanya. Jika kita ada berkunjung ke daerah tersebut, semua masyarakat di sana masih mengetahui nama gereja itu, namun gereja itu telah tiada.

Yang mengganggu pikiran saya adalah mengapa upaya yang telah dilakukan begitu baik, masih tetap tidak cukup untuk menghindar dari hukuman Tuhan? 

Namun di situ saya menyadari betapa Tuhan tidak pernah mengkompromikan kekudusan-Nya. Dan ada kalanya kita harus berusaha keras untuk memahami dan mengupayakan standar-Nya di dalam hidup kita.

Ayin Tet 5779 dan 2019 adalah Tahun Penghakiman dan Keselamatan, yang kita butuhkan bukan revival atau tuaian besar, melainkan bagaimana hidup sesuai dengan tatanan Kristus dan Injil. 

Let's put our houses in order.

Tuhan memberkati.

Jangan Ajarkan Proses Yang Benar Untuk Tujuan Yang Keliru

Perjanjian kita di dalam Kristus Yesus adalah Perjanjian Penderitaan, artinya setiap pengikut Kristus berkomitmen untuk menderita dan memikul salib untuk menjadi serupa dengan Kristus sehingga layak masuk Kerajaan Sorga dan menjadi bagian dalam Keluarga Kerajaan Allah.

Jadi adalah benar ketika kita mendengar bahwa kita harus mematikan keinginan daging kita, menyalibkan keinginan mata, dan menyangkali diri dari keangkuhan hidup. Itulah prosesnya yang benar.

Tetapi akan menjadi masalah ketika ada yang berkata dari atas mimbar,

"Tahukah Anda kenapa Anda selama ini tidak mengalami mujizat, tidak mengalami promosi, tidak memperoleh berkat, tidak mengalami terobosan? Karena Anda belum cukup mematikan daging Anda. Anda belum mati terhadap kedagingan Anda."

Sekilas pernyataan itu kelihatan benar, tapi sesungguhnya sangat kontradiktif.

Memang Tuhan Yesus ada berkata bahwa cerdiklah kita seperti ular dan tuluslah kita seperti merpati, artinya apapun dan di manapun kita berada dan bersikap baiklah hal itu menjadi berkat, menjadi garam dan terang bagi dunia.

Yang bekerja dan berbisnis maupun bersekolah, lakukanlah dengan baik dan jika memungkinkan alamilah terobosan. Yang berkeluarga, lakukanlah dengan benar dan jadilah teladan.

Tapi jangan jadikan itu sebagai tujuan dalam hidup kita sebagai pengikut Kristus, sehingga akhirnya orang menjalankan proses penyaliban dagingnya dan penyangkalan dirinya untuk kesuksesan dan kenyamanan hidup.

Ada yang menambah jam doanya, ada yang menambah puasanya, ada yang menambah jatah baca Alkitabnya, dan seterusnya, tapi bukan karena untuk lebih mengasihi Tuhan, melainkan untuk bisa menjadi sukses, makmur dan berkelimpahan secara materi sehingga kesuksesannya, kemakmurannya dan kelimpahan materinya dianggap sebagai ukuran kehidupan pengikut Kristus yang berkenan.

Kesuksesan dalam hidup sama sekali berbeda dengan kesuksesan sebagai pengikut Kristus. Kita bisa jadi pengikut Kristus yang sukses saat kita tidak lagi punya keinginan mata, keinginan daging maupun keangkuhan hidup. Sampai ketiganya mati total, barulah kita sukses.

Kesuksesan dalam hidup adalah urusan duniawi, upayakanlah itu sukses. Tapi kesuksesan sebagai pengikut Kristus adalah urusan kekekalan, dan kita tidak boleh gagal, atau kita akan terhilang. Bahkan tidak jarang kesuksesan sebagai pengikut Kristus harus mengorbankan kesuksesan dalam hidup.

Jika kedua hal ini terus dicampuradukkan, maka yang ada hanyalah keletihan dan kesesatan. Jangan heran akhirnya hidup kerohanian menjadi stagnan dan kegiatannya menjadi rutinitas sekalipun diawali dengan gairah yang begitu besar. Karena kita mengukur suatu proses yang satu dengan ukuran keberhasilan yang berbeda atau keliru.

Jadi jika ada yang menyuarakan untuk mematikan nafsu kita dan menyalibkan kedagingan kita atau yang biasa diistilahkan dengan istilah "die to self" sesuai dengan Perjanjian Penderitaan yang telah kita ikrarkan dengan-Nya, pastikan bahwa tujuannya adalah menjadi serupa dengan Kristus, dan bukan bertujuan agar hidupnya mengalami kesuksesan lahiriah.

Tuhan memberkati.

Penghakiman Tuhan Via Prophet Sadhu Sundar Selvaraj - Vol. 01

Ada banyak cerita tentang penghakiman yang terjadi terhadap Rumah Tuhan melalui Prophet Sadhu Sundar Selvaraj. Di antara sekian cerita yang telah saya ketahui, ada dua kisah yang paling mengesankan. Tulisan ini membahas salah satunya, dan kisah lainnya akan dimuat di kesempatan berikutnya.

Kejadiannya berawal pada tahun 1986 saat Prophet Sadhu sedang melayani di daerah Darjeeling. Beliau menginap di sebuah rumah dari seorang Bishop yang sangat dihormati oleh kalangan gereja setempat.

Suatu kali saat sedang makan malam bersama, tiba-tiba seorang malaikat tampil di hadapan Prophet Sadhu sambil menunjukkan CV dari Bishop tersebut.

Dalam CV tersebut tertulis data lengkap sang Bishop, yakni nama, tanggal lahir, tanggal lahir baru, tanggal dibaptis, tanggal memulai pelayanan, berikut dengan jasa-jasa yang telah dilakukan bagi Kerajaan Tuhan dan dosa-dosa yang masih dilakukan oleh sang Bishop.

Uniknya, jasa-jasa tersebut ditulis dalam tinta warna hijau dan dosa-dosanya ditulis dalam tinta warna merah.

Lalu malaikat tersebut berkata, "Sampaikan kepadanya yang bertinta merah ini untuk dia bertobat atau Tuhan akan menghukumnya."

Sungguh itu bukanlah sebuah perintah yang mudah bagi Prophet Sadhu, bahkan beliau mencoba tawar menawar, "Aku ini tinggal di rumahnya, bagaimana jika karena ini aku sampai diusir?"

Namun beliau tahu bahwa itu perintah yang pantang diabaikan. Dan benar saja ketika Prophet Sadhu menyampaikan hal itu, air muka sang Bishop pun berubah dan suasana saat itu sangat menegangkan dan tidak mengenakkan.

Adapun ketiga dosa sang Bishop adalah pendendam, gila hormat dan mencuri uang (sang Bishop menerima banyak bantuan dana dari berbagai organisasi Kristen dari banyak negara yang tujuannya untuk disalurkan kepada para pendeta di daerahnya, namun jatah para pendeta dipotong 50% masuk ke kantong sendiri).

Bahkan suatu kali Prophet Sadhu melihat lemari baju anak-anak sang Bishop yang penuh dengan banyak pakaian, lalu sambil keheranan beliau bertanya kepada istri sang Bishop,

"Banyak sekali baju-baju itu, dari mana Anda mendapatkannya?"

"Baju-baju ini diperoleh dari berbagai organisasi Kristen untuk disalurkan anak-anak yatim piatu."

"Lalu kenapa baju-baju itu masih ada di lemari Anda?"

"Saya memutuskan untuk tidak menyalurkannya, karena pasti akan dijual oleh anak-anak yatim piatu itu. Jadi saya berikan kepada anak-anak saya."

Namun setelah tegoran malam itu, sang Bishop dan istrinya bertobat dan meminta pengampunan kepada Tuhan. Prophet Sadhu mendoakan mereka, namun ceritanya tidak sampai di situ.

Pertobatan sang Bishop hanya bertahan sekitar 3 bulan saja, selanjutnya ia tetap mencuri uang seperti sediakala. Sampai tahun 2006 sang Bishop meninggal dunia.

Ceritanya menjadi semakin menarik ketika 5 tahun kemudian, pada tahun 2011 ada seorang misionari muda dari Amerika Serikat disuruh Tuhan pergi pelayanan ke India. Misionari muda ini hanya bermodal taat kepada Tuhan dan sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang India.

Sesampainya di India, Tuhan baru memberikan instruksi selanjutnya,

"Pergi ke daerah Darjeeling, di sana Aku akan bukakan pintu untukmu."

Dan benar saja, sesampainya di Darjeeling, misionari muda ini bertemu dengan satu pendeta, dan pada hari itu juga dijadwalkan untuk melakukan seminar dan KKR bagi para pendeta dan jemaat setempat.

Di akhir acara seminar dan KKR, misionari muda ini menyebut nama sang Bishop,

"Benarkah di sini pernah ada Bishop anu, yang beralamat di sana dan memiliki nomor telpon sekian?"

Semua yang hadir sangat terkejut dan bertanya,

"Bukankah kamu mengaku bahwa kamu sama sekali tidak mengetahui tentang India, bagaimana kamu tahu nama Bishop tersebut lengkap dengan alamat dan nomor telponnya?"

Lalu misionari muda itu menjawab,

"Dua tahun lalu, Tuhan mengirimkan saya ke Neraka untuk menemui sang Bishop ini, dan dia menyampaikan pesan kepada Anda sekalian untuk tidak melakukan kejahatan yang dia lakukan."

Semua yang hadir dan mendengarkan jawaban misionari muda tersebut menjadi sangat shock dan teringat peringatan Tuhan yang pernah disampaikan Prophet Sadhu, sebab memang peringatan itu diketahui oleh khalayak setempat.

Sekilas kita bisa mengira bahwa Tuhan seperti melupakan kejahatan sang Bishop karena selama 20 tahun setelah peringatan itu tidak ada kejadian yang signifikan. Namun Tuhan tidak pernah lalai dengan Firman-Nya.

Ayin Tet 5779 dan 2019 merupakan Tahun Penghakiman dan Keselamatan, dan pasti Rumah Tuhan memperoleh jatah sulung atas keduanya itu.

Tuhan memberkati.

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.