Labels

Tuesday, January 25, 2011

Kesetiaan Dan Lebih Dari Sekedar Jatah - Vol. 3

Temukan Gairah-Nya

Berbicara mengenai berpalingnya wajah Tuhan kepada kita, sungguh mempengaruhi kehidupan kita. Kita juga perlu tahu bahwa Tuhan memalingkan wajah-Nya kepada kita dengan gairah-Nya. Dan gairah-Nya timbul sebagai akibat dari sikap kita sendiri. Jadi sesungguhnya, sikap kita bisa mempengaruhi gairah-Nya naik atau turun.

Dan sepanjang pelayan Tuhan Yesus di dunia, ada saat di mana gairah-Nya "padam". Tuhan Yesus yang begitu penuh passion pernah tertidur di sebuah perahu yang Ia tumpangi bersama-sama para murid-Nya sebelum angin ribut datang dan akhirnya diredakan.

Cerita tersebut ada di ketiga Injil (Matius 8, Markus 4 dan Lukas 8). Dan ketiga cerita yang sama ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda di tiap Injil. Di Markus 4 cerita sebelumnya adalah perumpamaan tentang biji sesawi. Pada ayat 33 dikatakan bahwa dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Tuhan memberitakan firman sesuai dengan pengertian mereka. Dari sini kita ketahui bahwa Tuhanlah yang menyesuaikan diri-Nya dengan pengertian pendengar-Nya. Hal pertama yang menyurutkan gairah-Nya adalah ketika kita menuntut Tuhan untuk mengerti kita, daripada merelakan hati kita untuk mengerti hati-Nya.

Kita sering berkata bahwa Tuhan pasti mengerti isi hati kita. Mungkin itu sebabnya kita jarang berdoa, jarang komunikasi dengan-Nya, karena merasa Tuhan pasti tahu maunya kita, kemampuan kita, keterbatasan kita, dan seterusnya. Tapi kita tidak pernah mencari tahu apa mau-Nya, apa kehendak-Nya, apa selera-Nya dalam setiap aspek. Lebih tragis lagi bahwa kita sepertinya menjejalkan semua pengertian kita kepada-Nya. Dan sungguh hal ini sangat melelahkan hati-Nya dan memadamkan gairah-Nya. Sehingga wajah-Nya tersembungnyi bagi kita.

Cerita yang sama di Matius 8, dilatarbelakangi dengan kisah tentang hal mengikut Yesus. Seorang ahli taurat datang dan berkata, "Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Namun respon Tuhan Yesus malah kelihatan aneh, "Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."

Mengapa Tuhan Yesus tidak bisa meletakkan kepala-Nya. Apakah Dia tidak bisa tidur? Sedemikian sibuknya sehingga tidak bisa beristirahat? Sedangkan saat angin badai datang, Tuhan Yesus dapat tidur dengan nyenyak sekali. Serigala mempunyai liang maka disebut liang serigala. Burung mempunyai sarang maka disebut sarang burung. Tempat manakah yang seharusnya disebut tempatnya Tuhan, sehingga Tuhan bisa meletakkan kepala-Nya? Bukankah tubuh kita ini adalah bait Allah. Dan Dia seharusnya adalah kepala dari bait-Nya. Tapi ternyata kepala-Nya tidak bisa diletakkan karena masih ada kepala kita. Kita sering kali menjadi tuan atas diri kita sendiri, padahal Dialah Sang Kepala. Dan inilah hal yang menyurutkan gairah-Nya dan menyulitkan kita mendapati wajah-Nya.

Lukas 8, kisah angin ribut diredakan dilatarbelakangi dengan 3 ayat singkat yang menceritakan tentang datangnya Ibu dan saudara-saudara kandung Tuhan Yesus. Mereka kesulitan mendekati Tuhan Yesus karena sedemikian banyaknya orang yang mengerumuni Dia. Ketika ada orang yang memberitahukan perihal tersebut kepada Tuhan Yesus, respon-Nya pun tidak biasa. Tuhan Yesus tidak langsung menemui dan menyambut keluarga-Nya, melainkan berkata bahwa Ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya ialah mereka yang mendengarkan dan melakukan firman Allah.

Respon tersebut sepertinya terkesan ngeyel dan belagu banget. Tapi ketahuilah bahwa sering kali kita merasa dengan Tuhan sudah seperti keluarga. Namun sikap dan tingkah kita justru sering kali tidak sejalan dengan-Nya. Tapi kita tidak sadar bah hal itu salah, karena "merasa family" dengan Tuhan. Coba kita bayangkan, ada seorang kaya memiliki sebuah perusahaan besar. Orang tersebut memiliki ibu dan saudara-saudara kandung. Kebetulan mereka ikut dalam kegiatan operasional perusahaan. Namun pandangan dan tindakan mereka sering kali bertentangan dengan sang pemilik perusahaan. Dan akhirnya malah menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Sementara ada beberapa di antara para pegawainya, yang hanya sebatas hubungan kerja profesional, selalu dapat menyukakan hati bosnya dengan prestasi mereka. Menurut Anda, manakah yang lebih dihargai dan dihormati? Keluarganya atau pekerja-pekerjanya?

Lukas 8:21 dalam terjemahan The Message ditulis demikian:
He replied, "My mother and brothers are the ones who hear and do God's Word. Obedience is thicker than blood."

Ada kalimat tambahan yang menyatakan bahwa ketaatan lebih kental daripada darah. Kita ketahui ada pepatah Cina yang mengatakan, "Darah lebih kental daripada air." Yang artinya menunjukkan bahwa biasanya orang lebih mendahulukan atau memprioritaskan hubungan keluarga daripada yang bukan keluarga dalam berbagai hal. Namun Tuhan Yesus memiliki standar yang berbeda. Ketaatan dan kesetiaan kitalah yang menjadi ukuran bagi-Nya.

Jadi kesimpulannya adalah untuk mengalami prosperity, kita harus sadari bahwa berkat Tuhan bukanlah hal-hal materi semata, melainkan perkenanan hati-Nya dan pancaran wajah-Nya. Hal ini hanya bisa kita dapatkan melalui kepedulian dan pengenalan akan pribadi-Nya di atas kepentingan diri kita sendiri. Remember, when we are faithful, prosperity is the very next deal. Jatah itu datangnya tepat waktu, namun kelimpahan datangnya segera.

(End)

Kesetiaan Dan Lebih Dari Sekedar Jatah - Vol. 2

Wajah Tuhan Adalah Berkat Dan Kelimpahan. Carilah wajah-Nya.

Jika kita berbicara mengenai berkat, apalagi kelimpahan, biasanya yang terbersit pertama kali adalah uang, kekayaan materi, mukjizat dan pertobatan jiwa-jiwa. Kita bahkan sering menilai bahwa jika seseorang kurang kaya atau bahkan miskin, hampir pasti kita anggap tidak diberkati (lebih ekstrim lagi jika disebut kena kutuk), sementara jika kita melihat orang lain kaya bahkan sangat berlimpah harta, hampir pasti pula kita anggap orang tersebut sangat diberkati (oleh Tuhan).

Namun sebenarnya berkat sejati yang Tuhan maksud bukanlah segala sesuatu yang materialistis itu. Wajah Tuhanlah yang memberkati kita. Jika kita masih dipandang oleh-Nya, itulah berkat, dan ketika kita didapati setia saat dilihat-Nya, percayalah kelimpahan adalah yang berikutnya (when we are faithful, prosperity is the very next deal).

Berikut ini beberapa ayat yang membuktikan kebenaran tersebut:

  • TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera - Bilangan 6:26
  • Wajah raja yang bercahaya memberi hidup dan kebaikannya seperti awan hujan musim semi - Amsal 16:25

Dan jika kita tahu sekarang bahwa wajah Tuhanlah yang memberikan berkat dan kelimpahan, sudah sepatutnya kita mencari wajah-Nya, mengharap wajah-Nya tidak berpaling daripada kita. Tidak melakukan hal-hal yang membuat wajah-Nya berpaling daripada kita. Seperti pepatah Cina kuno yang mengatakan: "Beri aku muka." Yang sering kali dianggap sebagai pemberian hormat bagi orang lain. Sama seperti Tuhan mau memberikan wajah-Nya bagi kita karena menghormati kesetiaan dan iman kita.

  • Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! - 1 Tawarikh 16:11; Mazmur 105:4
  • Ia berdoa kepada Allah, dan Allah berkenan menerimanya; ia akan memandang wajah-Nya dengan bersorak-sorai, dan Allah mengembalikan kebenaran kepada manusia. - Ayub 33:26
  • Ia berfirman: Aku hendak menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, dan melihat bagaimana kesudahan mereka, sebab mereka itu suatu angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan. - Ulangan 32:20
  • Aku akan pergi pulang ke tempat-Ku, sampai mereka mengaku bersalah dan mencari wajah-Ku. Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku. - Hosea 5:15
  • dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka. - 2 Tawarikh 7:14
Sungguh mengerikan, jika Tuhan tidak mau lagi memberikan wajah-Nya bagi kita. Coba kita introspeksi diri kita, coba renungkan setiap kali kita memanggil Dia. Adakah Dia menunjukkan wajah-Nya, atau malah buang muka. Apa saja yang kita pernah lakukan sehingga Dia sungkan berpaling kepada kita? Adakah kita lebih mengutamakan diri kita sendiri daripada kehendak-Nya? Ingatlah bahwa keserakahan dan keegoisan hanya menimbulkan pertengkaran, sedangkan orang yang percaya kepada Tuhan diberi kelimpahan (Amsal 28:25).

(bersambung)

Kesetiaan Dan Lebih Dari Sekedar Jatah - Vol. 1

Bulan Mei 2010 ini di JPCC membahas tema utama Prosperity. Dan di bulan sebelumnya, April 2010, JPCC membahas mengenai Faithfulness. Saya merasa sungguh bukan sebuah kebetulan. Tahukah Anda, bahwa ada yang disebut jatah, namun ada juga yang mendapatkan lebih dari sekedar jatah. Dan untuk memperoleh lebih dari sekedar jatah benar-benar dibutuhkan kesetiaan yang tak terkatakan.

Simaklah cerita perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16). Dikisahkan seorang tuan rumah sepertinya sedang memasuki masa panen kebun anggurnya. Kita tahu bahwa tuan rumah yang dimaksud dalam cerita ini merujuk pada Tuan kita, Tuhan Yesus. Dan saya yakin kebun anggurnya luas sekali karena Tuannya sangat kaya.

Saking luasnya kebun anggur dan banyaknya hasil panen yang harus dikumpulkan, tuan rumah ini harus memanggil para pekerja berkali-kali. Yang pertama dipanggil adalah para pekerja yang ditemui pagi-pagi benar dan dengan kesepakatan upah. Kemudian disusul dengan gelombang-gelombang pekerja lainnya; jam 9, jam 12 dan jam 3 petang. Dan semuanya dengan kesepakatan.

Kita bisa menduga bahwa ternyata semakin mendekati petang, pekerjaan di kebun anggur semakin banyak. Untuk terakhir kalinya, pada jam 5 petang sang tuan rumah harus pergi lagi ke pasar untuk memanggil para pekerja tambahan. Dan saya yakin pekerja-pekerja tersebut jumlahnya pun tidak kalah banyaknya dengan pekerjaan yang masih harus dilakukan sampai petang itu. Itulah sebabnya sang tuan rumah terkejut dan berkata kepada mereka, "Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?"

Dan dengan lirih para pekerja menjawab, "Tidak ada orang yang mengupah kami." Ucapan para pekerja tersebut bukan berbicara soal upah, namun sebenarnya tidak ada orang yang mau membayar mereka, tidak ada orang yang mau mempekerjakan mereka. Mengapa bisa tidak ada yang mau mempekerjakan mereka? Karena mereka dinilai tidak qualified untuk dipekerjakan. Mereka dianggap tidak pantas dipekerjakan.

Dan di sinilah faktor kesetiaan itu bahwa sekali pun mereka dianggap tidak pantas dipekerjakan, mereka tetap berdiri sepanjang hari di pasar, sampai waktunya habis atau sampai ada yang sudi mempekerjakan mereka. Mereka tetap mempunyai pilihan untuk pulang dan tidur di rumah ketika melihat pekerja lainnya yang lebih qualified dengan mereka dipekerjakan lebih dulu.

Anda harus memahaminya bahwa pekerja jam 5 ini harus menanggung panas terik sepanjang hari, penolakan, dan yang lebih memberatkan ialah ketika melihat teman-temannya lebih dipekerjakan daripada mereka. Namun hal-hal tersebut tidak membuat mereka menyerah dan pulang, sampai tuan yang sangat murah hati itu datang. Dan mereka dipekerjakan tidak dengan kesepakatan upah seperti para pekerja sebelum mereka ini. Karena bagi mereka adalah bahwa dianggap layak dipekerjakan sudah lebih dari cukup, dan mengenai upah, sungguh mereka hanya mengharap kebijaksanaan sang tuan rumah.

Yang paling menarik adalah ketika tiba waktunya untuk membagikan upah, para pekerja jam 5 ini diberi upah yang pertama dan jumlahnya sama dengan upah sehari. Para pekerja jam 5 ini tidak saja disetarakan dengan yang lain, namun juga didahulukan daripada yang lain itu. Sungguh kesetiaan mempercepat kelimpahan yang dijanjikan.

Jika kita menyimak kisah mengenai Elia dan bujangnya di gunung Karmel (I Raja-Raja 18:20-46) - baca artikel About Faithfulness - bujangnya Elia tetap setia menuruti perintah tuannya untuk pergi pulang sampai 7 kali tanpa berkomentar apalagi mengeluh sepatah kata pun. Namun ketika sudah waktunya hujan (berkat) dicurahkan, kejadiannya sangat cepat!

Bujangnya Elia tidak mengeluh, para pekerja jam 5 tidak menyerah. Dan mereka semua mendatangkan dan mendapatkan lebih dari sekedar jatah. Mereka memperoleh kemurahan hati Tuhan karena kesetiaan mereka, dan kemurahan hati Tuhan itulah kelimpahan (Prosperity).

(bersambung)

Pria Sejati

Tidak ada yang lebih lembut daripada air. Dan juga tidak ada yang dapat mengalahkannya dalam hal menembus benda-benda keras. Yang lemah mengalahkan yang kuat, yang lembut mengalahkan yang keras. Setiap orang mengetahui hal ini, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat menerapkannya.

Seorang pria yang baik itu seperti air. Air bermanfaat bagi semua tetapi tidak dapat bersaing di dataran tinggi. Dia bergerak di daerah yang rendah di mana tidak ada seorang pun mengaguminya. Hal ini sama seperti orang baik tinggal di tempat yang sederhana. Dia tidak memaksakan dirinya untuk maju. Dia juga tidak berjuang untuk mencapai sesuatu. Dia adalah seorang yang tenang, tulus, setia, rajin dan penuh perasaan. Dia mendapatkan sesuatu karena dia tahu bagaimana mengambil kesempatan dan mencapai tujuannya dengan jalan yang wajar.

Mundurlah dahulu jika ingin maju. Berilah terlebih dahulu jika ingin mengambil. Rendahkanlah dirimu dan tempatkanlah dirimu sendiri di bawah orang lain terlebih dahulu jika kamu ingin berada di atas mereka. Jika kamu ingin menjadi pemimpin orang-orang, kamu harus mendahulukan kepentingan mereka di atas kepentinganmu, maka mereka akan mendukung kamu tanpa merasakan bobotmu di atas punggung mereka.

LAUT YANG BESAR ADALAH RAJA DARI SEMUA ALIRAN DAN SUNGAI KARENA IA MENGAMBIL POSISI YANG RENDAH.

Untung Hidup Ini Cuma Panggung Sandiwara

Coba bayangkan sejenak tentang diri kita sebagai seorang aktor atau aktris yang sangat piawai melakoni berbagai macam peran ...

Sebagai supir, sebagai babu, sebagai budak, sebagai majikan, sebagai suami, sebagai istri, sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai raja, sebagai rakyat, sebagai ksatria, sebagai pecundang, sebagai bangsawan, sebagai pahlawan, sebagai tawanan atau sekedar manusia…

juga dengan berbagai macam karakter…

Protagonis, antagonis, tulus hati, super culas, naif, pemalu, tidak tahu diri, sok jadi korban, kejam, bijak, jenius, penggoda, sadis, lucu, sok tahu, belagu, malas, rajin, teguh hati, plin plan, kaya, miskin, rendah hati, mesum, super suci atau sekedar normal…

Dari berbagai macam karakter tersebut, Anda mampu memeraninya sesuka hati, kapan pun, di mana pun, terhadap siapa pun bahkan terhadap diri sendiri. Menarik bukan?

Jika semua karakter adalah mungkin bagi diri sendiri, manakah yang akan kita pilih? Jawabannya tergantung banyak faktor, tapi biasanya faktor utama adalah keadaan hati kita. Dan sekali pun kita tak pernah bisa memilih peran yang kita inginkan, namun kita tetap punya kebebasan mutlak menentukan karakter kita. Hebat kan?

Untung hidup ini memang panggung sandiwara, dan Sang Pencipta adalah Sutradara nya. Masing-masing kita telah diberikan peran yang sesuai, dan kita tinggal memerankannya dengan karakter yang diminta setelah ada aba-aba: “Action!”.

Namun hati-hati, ketika tiba saatnya sang Sutradara berseru: “Cut!”, pastikan bahwa diri kita “bersandiwara” sesuai dengan peran dan karakter masing-masing atau aksi kita tak pernah mendapat pujian bahkan pengakuan-Nya.

"Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" - Matius 7:23

Dao De Jing - 11: Yang Kosong Yang Berguna


Tiga puluh jari-jari dipusatkan ke satu nap kayu bundar
Karena di pusat nap bundar tersebut ada lubang kosong
Nap yang kosong itu baru bisa dipasang ke as roda

Mengolah tanah liat menjadi sebuah guci 
Karena di dalam guci itu ada ruang yang kosong
Guci itu baru berguna dijadikan sebuah wadah

Membuat pintu dan jendela mendirikan satu kamar 
Karena di dalam kamar itu ada ruang yang kosong
Kamar itu baru berguna untuk diisi barang

Maka... 
Memiliki YOU dianggap beruntung
Memiliki WU dianggap berguna

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Jatuhnya Babel

Biduk-biduk perahu sampan
Mulai merapat ke tepian teluk dan tanjung
Walau ikan-ikan ramai di lautan dan sungai
Namun hampir tak laku ditangkap

Deru mesin-mesin penggilingan

Mulai senyap ditelan lebatnya hutan
Walau emas perak masih penuh sesak
Namun hampir tak selera dijarah

Kerlap-kerlip sinar pertunjukkan

Tak lagi terlihat di singgasananya
Walau terpatri berlapis tribunnya
Tak satupun berani hadir mengunjunginya

Kemuliaan-kemuliaan percabulan itu telah sirna

Tenggelam pada saat penghukumannya
Kesombongan-keangkuhan yang sangat megah
Habis lenyap dalam sekejap mata

Emasnya, peraknya, permatanya, mutiaranya

Lenan halusnya, kain suteranya, kayu harumnya, gadingnya
Rempah-rempahnya, kemenyannya, wewangiannya, pualamnya
Anggurnya, gandumnya, ternaknya bahkan nyawa manusia

Segalanya tak berarti lagi dan menjadi kosong

Semua penjuru berseru-seru “Celaka! Celaka!”
Perkabungan menjadi hadiah kekekalannya
Asapnya naik, kota besar runtuh untuk selamanya

Monday, January 24, 2011

Our Relationship With God - Vol. 4

Pelayanan Tuhan Yesus selama kira-kira tiga setengah tahun di bumi menorehkan banyak cerita. Baik itu mujizat-Nya, cerita-Nya, perumpamaan-Nya, percakapan-Nya juga banyak buah pikir-Nya. dari semua itu hanya ada satu cerita yang Tuhan Yesus ingin setiap di mana saja Injil diberitakan, cerita ini pun juga diceritakan. Cerita tersebut adalah ketika Maria Magdalena - saudara Marta & Lazarus - mengurapi kepala Tuhan Yesus sebelum Tuhan memasuki Jerusalem dan diagungkan sebagai Raja.


Pertanyaannya, dari mana Maria mendapat insight bahwa Tuhan Yesus adalah Raja, dan memberanikan diri mengurapi kepala-Nya di depan banyak orang? Adakah Maria lebih baik daripada murid-murid yang lain? Adakah Tuhan Yesus pilih kasih terhadap Maria? Kuncinya hanya satu; Maria duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengar perkataan-Nya dan ini yang terbaik! - Lukas 10:38-42.


Persekutuan Maria dengan Tuhan Yesus menjadi model terbaik bagi kita semua. Bacalah kisah di Yohanes 11, ketika Lazarus sakit dan akhirnya dibiarkan meninggal oleh Tuhan Yesus. Pertama-tama orang luar menyampaikan kabar dari kedua perempuan itu. kedua kali murid-murid-Nya yang memohon. Ketiga kali ketika bertemu Marta, bahkan Tuhan cuma menjanjikan Lazarus akan bangkit. Namun ketika Maria yang meminta, Tuhan tidak lagi berkata-kata, namun muncullah emosi yang meluap dari dalam Hati-Nya dan langsung membangkitkan Lazarus.

Marta & Maria mengajukan hal yang persis sama, "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." namun kenapa hanya Maria yang dikabulkan?

Kembali kepada purpose kita masing-masing dan semua impian kita, dapatkah kita menerima apa saja yang kita minta? Coba renungkan ini: "... Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa ... Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
- Yohanes 15:1-8
 
Tinggallah dalam firman-Nya, usahakan diri kita di dalam Dia, dan biarkan diri-Nya tinggal di dalam kita sebagai satu-satunya Raja. Kenalilah perasaan-Nya, berpikirlah seperti Dia berpikir, cari tahu semua selera-Nya, dan sukakanlah Dia. Maka semua yang kita kehendaki akan kita terima dan Bapa dipermuliakan. Amin.


Our Relationship With God - Vol. 3

Apa yang terjadi jika seseorang menjalani purpose-nya tanpa di-back up dengan relationship yang baik dengan Tuhannya? Hal ini dialami oleh anak sulung - kakak dari anak bungsu yang hilang. Sang kakak tidak pernah keluar dari rumah ayahnya, kelihatan setia, dan merasa sudah bekerja sebagai mana mestinya. Jadi sang kakak ini sepertinya sudah sesuai dengan purpose yang ada. namun ketika sang ayah menerima kembali si bungsu dengan pesta besar, sang kakak malah protes & mengeluh. 


Ini menandakan bahwa sang kakak tidak mengerti isi hati ayahnya, tidak memahami apa yang ayahnya rasakan; pikirkan; percaya akan si bungsu. menurut Anda, tidakkah berbahaya jika kita menjalankan purpose besar tanpa kenal benar Sang Pemberi purpose? perhatikan peringatan-Nya:


"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" - Matius 7:21-23 

Sungguh mengerikan, jika selama ini kita merasa kenal padahal masih jauh dari Hati-Nya. pada waktu itu semua sudah terlambat karena belakangan Tuhan barulah berterus terang bahwa Dia tidak kenal kita. 


Seorang hamba Tuhan bernama Watchman Nee pernah menulis sebuah buku kecil berjudul "Satu-satunya Dosa Manusia" mengatakan bahwa ketidaktahuan kita, ketidakkenalan kita terhadap Tuhan menjadi satu-satunya dosa manusia. kita telah menerima Roh-Nya saat kita menerima keselamatan mula-mula, namun sadarilah Roh-Nya itu mengingini kita dengan rasa cemburu-Nya yang hebat - Yakobus 4:5. 


Manusia yang cemburu saja sudah merepotkan dan bisa berdampak besar, apalagi Tuhan!

Our Relationship With God - Vol. 2

Memperoleh perkenan Tuhan tidak ada jalan lain kecuali mengenal Pribadi-Nya. Dan untuk mengenal Pribadi-Nya tidak mungkin bisa tanpa meluangkan waktu dengan-Nya. Pola ini sudah di-"main"-kan Tuhan sejak Hari Penciptaan.


Di hari ke-6, Tuhan menciptakan manusia, memberkati dan menetapkan purpose untuk berkuasa atas dunia. namun setelah semuanya itu, Adam sebagai manusia pertama tidak langsung bekerja sesuai dengan purpose yang ada. Adam harus masuk di hari ke-7, hari perhentian, hari persekutuan dengan Sang Pemberi purpose.


Di Perjanjian Baru, Tuhan Yesus menegaskan maksudnya ini, ketika bercerita tentang perumpamaan anak yang hilang - Lukas 15:11-32. Setelah anak bungsu sadar akan kesalahannya dan kembali kepada ayahnya dengan maksud untuk menjadi orang upahan ayahnya, untuk bekerja kepada ayahnya. Dan seperti kita ketahui, bahwa ayahnya menerima dia kembali sebagai anak dan mengadakan pesta bagi anak bungsunya tersebut.


Mengapa ayahnya mengadakan pesta bagi anak bungsunya, alih-alih langsung mempersilakan anaknya bekerja dengan sungguh-sungguh untuk membuktikan baktinya sekaligus menebus kesalahannya? Perhatikan baik-baik! Anak ini telah menyadari purpose-nya, dia siap untuk berjalan dalam purpose-nya, namun ayahnya berpendapat bahwa sebelum anaknya on purpose, harus ada pesta dulu, harus ada percakapan dari hati ke hati dulu, supaya anaknya juga mengenal apa yang ada di hati sang ayah, setelah itu barulah bekerja sesuai dengan purpose dan kehendak-Nya.


Salah satu contoh lainnya adalah ketika Raja Ahasyweros mengadakan sebuah pesta besar-besaran menjamu semua penguasa wilayah yang ada di bawah kekuasaannya (127 penguasa wilayah dari India ke Etiopia) - Ester 1.


Selama 180 hari berturut-turut, Raja Persia ini mengadakan pesta. dan semua itu dilakukan bukan untuk foya-foya yang tanpa tujuan. saat itu beliau sebagai paduka akan mengadakan invasi besar berhadapan dengan penguasa Yunani. Raja Ahasyweros mengundang semua bala tentaranya untuk melihat kekuasaannya, terutama kekayaannya untuk meyakinkan semua orang bahwa dia mampu mendanai perang besar tersebut, sebelum perang dimulai. Dia rela membuka "dapur" kekayaan & kekuasaannya untuk semua bala tentaranya yakin bahwa dia mampu untuk mendukung secara total, termasuk istrinya yang dipandang istimewa saat itu - Ratu Wasti.


Tuhan kita adalah Raja di atas segala raja. menjamu kita untuk menguasai dunia - Matius 28:18-20, Markus 16:15-18, Kisah Para Rasul 1:8, Matius 16:18-19, sesuai dengan purpose yang semula - Kejadian 1:26-28.

Our Relationship With God - Vol. 1

Rasanya tidak kebetulan hampir setiap tahun tema bulanan untuk January & February di JPCC berturut-turut adalah VISION (PURPOSE) & RELATIONSHIP. pada satu sisi VISION (PURPOSE) juga membahas soal cita-cita, impian, menjadi bintang, menjadi berkat, dan seterusnya. sementara sisi lainnya - RELATIONSHIP berbicara mengenai banyak faktor tentang bagaimana kita bisa mengerjakan sebuah relationship dengan banyak pihak termasuk Tuhan.

Bagi Anda yang pernah mendengar kotbah Ps. Alvi di JPCC yang berjudul "By Default Or On Purpose" (Januari 2010) dijelaskan ada 3 steps bagaimana hidup atau menghidupkan purpose yang dikehendaki Tuhan, yaitu:
1. Kita harus mengenal Sang Pemberi purpose.
2. Mengubah default setting yang ada.
3. Grow - bertumbuh hingga mencapai kedewasaan (Christ).

dari pernyataan tersebut di atas, jelaslah bahwa langkah pertama untuk hidup sesuai dengan purpose adalah mengenal Tuhan kita dengan benar sebelum kita menjalankan purpose-Nya. Kita juga mengerti bahwa mengenal itu berbeda dengan sekedar tahu. kita tahu bahwa Tuhan membenci dosa, tapi apa saja dosa itu, kita tidak tahu dengan tepat tanpa mengenal pribadi-Nya. kita tahu juga Tuhan menyukai kekudusan, kerendahan hati dan lain-lainnya, tapi apa kita tahu ukuran-Nya atas semua hal-hal positif itu?

Sejujurnya, Tuhan sangat merindukan kita mengenal betul akan Dia. apa selera-Nya, kesukaan-Nya, kebencian-Nya, gaya-Nya bahkan untuk beberapa orang yang berani membayar harganya, Tuhan tanpa segan menyingkapkan rahasia-Nya.

Lalu apa hubungannya dengan purpose yang telah diberikan-Nya kepada kita? Sekarang coba renungkan, sudah berapa lama kita jadi orang percaya? Sudah berapa lama kita ikut Tuhan? Dari sekian lama itu, sudah berapa banyak permintaan kita kepada Dia? Dan dari semua permintaan kita, berapa banyak yang benar-benar kita terima?

Di Filipi 4:6 Tuhan melalui Rasul Paulus mengatakan, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." dari ayat ini Tuhan menantang kita dan diri-Nya sendiri supaya kita meminta kepada-Nya segala hal.

Maksud yang sama ditegaskan lagi melalui rasul Yohanes di I Yohanes 3:22, "dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." - minta apa saja, demikianlah tantangan-Nya.

Tetapi kenapa sampai saat ini, apa saja yang kita minta lebih banyak yang tidak kita terima daripada yang kita terima? Adakah kita salah meminta? Sejujurnya jika kita cermati ayat terakhir di atas, Tuhan tidak mempermasalahkan dengan apa yang kita minta. tapi yang jadi masalah adalah siapa yang meminta.

Contoh seorang ayah punya 2 orang anak, yang satu berusia 20 tahun, lainnya 7 tahun. Kemudian anak yang berusia 7 tahun datang ke ayahnya minta diberikan uang 5 juta rupiah untuk dijadikan modal sebuah usaha. secara normal, sang ayah tentu tidak akan memenuhi permintaan anaknya yang bungsu karena ayahnya menilai bahwa si bungsu belum pantas menerimanya. Dan jika anaknya yang sulung meminta, kemungkinan besar dikabulkan karena dianggap lebih pantas.

Dari contoh di atas sebenarnya begitulah cara Tuhan memperlakukan setiap kita & permintaan kita. Dari ayat terakhir dikatakan orang yang memperoleh apa saja yang dimintanya adalah menuruti segala perintah dan memperoleh perkenanan Tuhan.

Masalahnya apakah kita mengenal perintah-perintah-Nya? Dan jika kita sudah mengenal perintah-perintah-Nya, apakah kita menuruti-Nya? Dan apakah semuanya itu berkenan di hati-Nya?

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.