Labels

Wednesday, May 16, 2018

Masa Tribulasi Besar, Peluang Terbesar Iman Kita

"Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain." - Matius 24:29-31

Dari semua tahapan kronologi Akhir Zaman, yang paling menentukan sekaligus merupakan klimaksnya adalah kedatangan kedua kali Tuhan Yesus sebagai Raja dan Hakim dalam segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dan karena hal itu maka Masa Tribulasi Besar menjadi sesuatu yang sangat menentukan pada setiap kita sebagai orang percaya.

Tapi bagi sebagian orang yang masih terjebak dalam fantasi Pre-Tribulation Rapture, mereka meyakini bahwa Tuhan akan datang menyelamatkan mereka sehingga mereka terhindar dari aniaya dan kesesakan Masa Tribulasi Besar. Menurut saya, mereka tidak mengerti apa artinya Anak Manusia datang dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya, dan besar kemungkinan mereka tidak pernah bersentuhan dengan sisi kekudusan Tuhan yang tidak bisa dikompromikan.

Musa Melihat Kemuliaan dan Bersentuhan dengan Kekudusan Tuhan

Masih ingat bagaimana Musa memohon dengan sangat untuk bisa melihat kemuliaan Tuhan?

"Tetapi jawabnya: 'Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.' 

"Tetapi firman-Nya: 'Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.' 

"Lagi firman-Nya: 'Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.' 

"Berfirmanlah TUHAN: 'Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan.'" - Keluaran 33:18-23

Perhatikan rincian kejadiannya:

1. Musa memohon untuk bisa melihat kemuliaan Tuhan, yakni Wajah-Nya.
2. Namun sesungguhnya tidak ada seorang pun yang sanggup memandang Wajah Tuhan dah bisa tetap hidup.
3. Dan akhirnya demi kasih Tuhan kepada Musa, maka Tuhan rekayasa sedemikian rupa supaya Musa tetap bisa melihat kemuliaan Tuhan namun tetap hidup. Hasilnya, Musa hanya bisa melihat Punggung Tuhan, tapi bukan Wajah-Nya.

Itu Musa, bagaimana dengan kita? Dan itu baru kemuliaan Tuhan yang dinikmatinya. Bagaimana dengan kekudusan Tuhan?

Masih ingat kejadian di mata air Meriba?

"Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: 'Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?'

"Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: 'Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.'

"Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di antara mereka." - Bilangan 20:10-13

Musa hanya sedikit teledor dengan kata-katanya, tapi lihatlah akibatnya. Fatal! Sikap bangsa Israel memang sudah sangat keterlaluan dan begitu menguras energi serta emosi Musa. Namun kekudusan Tuhan tidak bisa dikompromikan. Kekudusan Tuhan tidak bisa dituntut untuk mengerti situasi yang ada, justru sebaliknya kekudusan Tuhan menuntut seluruh keberadaan hidup kita. Artinya bagi Musa, sejengkel apapun Musa menghadapi bangsa Israel yang bebal dan tegar tengkuk itu, Musa tidak boleh mengumbar emosi yang dari sisi kemanusiawian (baca: kedagingan) di hadapan kekudusan Tuhan.

Sampai di sini, apakah Anda sudah memahami apa resikonya jika kita harus menyambut Anak Manusia dalam segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya tanpa didahului dengan pemurnian di Masa Tribulasi Besar? Hasilnya hanya kebinasaan. 

Musa, Harun dan Miryam memiliki kedudukan yang sangat tinggi, baik di Mata Allah maupun di antara bangsa Israel. Namun ketiganya melanggar kekudusan Tuhan dan harus menanggung akibat yang sangat tragis. Bahkan ketika Musa memohon kepada Tuhan dengan sangat agar tetap diizinkan masuk ke Tanah Perjanjian, perhatikan bagaimana sikap-Nya,

"Juga pada waktu itu aku mohon kasih karunia dari pada TUHAN, demikian: Ya, Tuhan ALLAH, Engkau telah mulai memperlihatkan kepada hamba-Mu ini kebesaran-Mu dan tangan-Mu yang kuat; sebab allah manakah di langit dan di bumi, yang dapat melakukan perbuatan perkasa seperti Engkau? Biarlah aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon. Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku: Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan Aku." - Ulangan 3:23-26

Keputusan Tuhan tetap tidak berubah, sekalipun Tuhan sangat mengasihi Musa dan Musa sangat mengasihi Tuhan. Apalagi Musa dikenal sebagai orang yang paling lembut hatinya di sepanjang sejarah manusia (Bilangan 12:3).

Menyambut Raja Yang Memerintah 

Pernahkah Anda melihat dan memperhatikan persiapan untuk menyambut seorang tokoh penting, entah itu seorang pemimpin negara, seorang pengusaha ternama, seorang pahlawan, di manapun tokoh tersebut disambut? Menurut Anda bagaimana persiapan itu harus dibuat? Atau apa yang akan Anda persiapkan jika Presiden hendak berkunjung ke rumah atau ke perusahaan Anda? Anda tentu akan menyambut dengan persiapan terbaik, sekalipun kunjungannya hanya beberapa menit, benar?

Sekarang renungkanlah ketika kita harus menyambut Tokoh Yang Mahamulia datang sebagai Raja Yang Memerintah untuk seribu tahun lamanya, persiapan apa yang harus kita tempuh? 

Masa Tribulasi Besar adalah alat Tuhan untuk memurnikan dan mempersiapkan kita, bukan hanya untuk menyambut-Nya, tapi juga berpeluang menjadikan kita semua sebagai imam-imam dan raja-raja-Nya yang akan memerintah bersama-Nya,

"Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama. Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya." - Wahyu 20:4-6

Masa Tribulasi Besar adalah olimpiade iman terbesar dalam sejarah langit dan bumi ini, seluruh saksi dan pahlawan iman pendahulu kita begitu berharap untuk bisa hidup di masa ini, namun kepada kitalah Tuhan menyediakan yang lebih baik, bahkan yang terbaik, sehingga tanpa kita, semua pahlawan iman tidak akan sampai kepada kesempurnaan, Ibrani 11:39-40.

Itu sebabnya saya pribadi memandang bahwa Masa Tribulasi Besar adalah sebuah peluang sekaligus ancaman jika kita tidak mempersiapkan diri dengan benar. Dan karena peluang itulah, saya juga menganggap masa yang paling menentukan ini sebagai sebuah anugerah atau privilege untuk bisa ikut memerintah bersama Raja di atas segala raja.

Kesimpulan

Persiapkanlah diri kita dalam tuntunan Roh Kudus-Nya setiap hari (put your house in order), singkirkan cara hidup, sikap dan pemikiran yang fasik dalam hidup kita. Memohon kepada Roh-Nya untuk menyelidiki dan menguji hati kita di setiap kesempatan, sampai saatnya tiba ujian final itu harus kita hadapi dan kita didapati setia sampai akhir tanpa menyayangkan nyawa kita.

Dan ketika Yesus datang sebagai Raja Yang Memerintah dalam segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya, hal itu menjadi sebuah sukacita yang luar biasa (rapture). Namun jika persiapan tersebut tidak dilakukan dengan benar, atau kita abai terhadap hal ini, kedatangan-Nya akan jadi malapetaka yang tak terhindarkan (Wahyu 6:15-17).

Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?

Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.