Labels

Monday, December 22, 2014

Sang Penjudi Ulung

Tahun 2013 dan 2014 merupakan dua tahun yang begitu berarti dalam perjalanan hidup saya bersama dengan Tuhan. Mungkin bagi sebagian orang yang mengetahuinya kedua tahun tersebut merupakan musibah dan malapetaka yang membuat saya terlihat begitu malang dan ceroboh, namun bagi saya kedua tahun ini membuat saya bersyukur lebih lagi karena didikan-Nya yang tidak pernah berhenti.

13 November 2013

Dari sekian perkara yang terjadi, perkara perceraian rumah tangga saya merupakan sebuah highlight tersendiri tanpa banyak mulut yang perlu membahasnya. Saya masih ingat jelas ketika kali pertama mendapat undangan sidang dari sebuah pengadilan negeri di Jakarta, semalam-malaman saya tidak bisa tidur sama sekali dan hati luar biasa gundah.

Di tengah kegundahan yang luar biasa pekat itu, tiba-tiba Tuhan berbicara demikian,

"Kalau kamu memang serius mau istrimu kembali dan mencabut gugatan cerainya, potong saja lidahmu sekarang sebagai tanda pertobatan dan keseriusan kamu untuk bersikap lebih baik lagi terhadap dirinya. Toh dengan begitu kamupun sudah tidak bisa menyakitinya secara verbal seperti selama ini kamu lakukan."

Di titik galau gulita semacam itu, ide gila tersebut sungguh terasa seperti ide cemerlang dan pikiran serta hati saya sempat berkata demikian, "Wah! Boleh juga ide-Nya." Namun tidak perlu menunggu lama, dalam sekejap Tuhan lanjutkan ucapan-Nya,

"Tapi ... Nanti kamu akan merasa frustrasi karena kamu takkan pernah lagi bisa menyampaikan kebenaran seperti yang selama ini sudah kamu lakukan."

Dan dalam sekejap buyarlah sudah tekad untuk memotong lidah sendiri dan surutlah niatan konyol itu dalam hati saya.

Sang Penjudi Ulung

Sejak saat itu saya percaya bahwa Tuhan tetap ingin saya lanjutkan dan tuntaskan semua tugas dan destiny saya tanpa perlu mengkhawatirkan keadaan rumah tangga saya yang akhirnya bubar tepat saat blood moon yang pertama lalu. Memang dalam berbagai kesempatan, Dia menguatkan saya lewat beberapa hamba-Nya secara tidak langsung. Namun walau begitu, batin saya tetap bertanya-tanya akan jalan hidup dan pelayanan yang demikian aneh bagi akal sehat saya maupun norma kekristenan pada umumnya. 

Ya memang penyertaan Tuhan dan manifestasi-Nya begitu nyata dalam berbagai kesempatan. Tapi batin ini tak pernah tenang dan sering kali merasa tertuduh, padahal saya tahu benar bahwa Tuhan begitu santai dan tenang setiap kali benak saya memikirkan hal yang satu ini. Tidakkah hidup saya menjadi batu sandungan bagi banyak orang, bahkan sesama Tubuh Kristus sendiri? Bukankah pesan-Nya yang dititipkan kepada saya sangat beresiko untuk ditolak bagi setiap orang yang hendak Dia tuju ketika mereka mengetahui apa yang sudah terjadi dalam hidup saya pribadi?

Menjelang pergantian tahun, Rosh Hashanah 5775, niat saya memperoleh jawaban atas hal itu sudah bulat dan saya bertanya kepada-Nya, 

"Tuhan, Tuhan, bagiku, Engkau sungguh seorang penjudi ulung. Bukankah dengan jalan yang demikian Engkau mempertaruhkan pesan-Mu sendiri? Dan sangat beresiko untuk ditolak banyak orang karena keadaanku saat ini. Mengapa Engkau mau mempertaruhkan pesan-Mu ini, Tuhan? Tidak adakah orang lain yang lebih pantas daripada diriku? Apa sedemikian rupa Engkau kekurangan orang untuk menuntaskan semua kehendak-Mu di sisa waktu yang singkat ini?"

Dan beginilah jawab-Nya,

"Eh! Sorry yah! Yang suka mempertaruhkan pesan yang telah Kupercayakan, yang suka mempertaruhkan pelayanan, gereja, jemaat yang telah Kupercayakan, dan yang suka mempertaruhkan keluarga, pekerjaan dan berbagai tanggung jawab yang telah Kupercayakan itu adalah kalian yang menjadi hamba-hamba-Ku. Bukan Aku.

"Kalian hamba-hamba-Ku sering kali mempertaruhkan semua yang telah Kupercayakan untuk sesuatu yang remeh dan receh. Kalian mempermainkan bahkan dipermainkan dengan keinginan dan ambisi kalian dengan mempertaruhkan semua yang telah Kupercayakan itu.

"Namun Aku tidak demikian. Tidak seperti yang kamu pikirkan selama ini. Bagi-Ku semua perkara yang sudah Aku percayakan kepada kalian adalah permainan-Ku. Bahkan hidup kalianpun adalah mainan-Ku."

Sampai di sini saya mulai mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi selama ini. Namun masih ada satu hal yang mengganjal, karena saya tahu bahwa Tuhan sama sekali tidak menolak ketika saya melabeli diri-Nya dengan julukan Sang Penjudi Ulung, maka kemudian saya bertanya, "Kalau semua yang Kau percayakan itu adalah kartu permainannya, lalu Engkau mempertaruhkan apa? Karena bagiku ini tetap sebuah pertaruhan yang begitu besar dan kulihat Engkau terlibat di dalamnya."

Dan demikian jawab-Nya,

"Nama-Ku. Tidak ada yang lebih pantas Aku pertaruhkan selain nama-Ku sendiri. Dan pada nama-Ku ada jaminan kemenangan dan jaminan keselamatan."

Dan sejak saat itu saya menyadari bahwa apapun boleh terjadi, namun ketika Ia sudah berkehendak sungguh tak ada satupun yang dapat menghalangi-Nya.

Maka kamu akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya.

Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN; dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.