Ketika Zaman Anugerah telah berakhir, kita akan kembali kepada Zaman Hukum. Kembali kepada Zaman Hukum bukan berarti bahwa Injil dan semua yang Tuhan Yesus kotbahkan di Bukit (Matius 5 - 7) tidak berlaku lagi dan semua harus mengikuti pola hidup yang tertulis dalam Taurat. Namun hal ini berbicara tentang konsekuensi yang bisa terjadi jika kita masih terus mengabaikan didikan dan disiplin yang Tuhan kehendaki kepada masing-masing anak-anak-Nya, terutama jika masih menolak untuk terus memikul salib dan manyangkal diri.
Sebagai contoh, hukum berkata jika ada tindakan perzinahan maka hal itu dihitung sebagai perbuatan dosa. Sedangkan Tuhan Yesus menerapkan standar yang lebih tinggi lagi, yakni ketika memandang wanita sambil melakukan fantasi seksual di pikiran saja, tanpa adanya tindakan perzinahan, maka berdasarkan pikiran fantasi itu saja kita sudah dihitung berbuat dosa, Matius 5:28.
Begitu juga dalam hal pembunuhan, hukum berkata jika ada tindakan pembunuhan maka hal itu dihitung sebagai perbuatan dosa. Namun Tuhan Yesus berkata bahwa barangsiapa marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala, Matius 5:22.
Karena standar yang ditetapkan begitu tinggi, maka Tuhan Yesus menawarkan Diri-Nya sebagai Jaminan Agung melalui Karya Salib dalam suatu masa yang disebut sebagai Zaman Anugerah. Namun ketika Zaman Anugerah mencapai masa berakhirnya, maka satu sisi yang paling jarang dinyatakan kepada Gereja-Nya akan semakin dinyatakan, yakni karakter-Nya sebagai Api Cemburuan - El Kanna yang menghanguskan (Ibrani 12:29, Keluaran 34:14).
Apa yang menjadi akibat ketika Zaman Anugerah berakhir?
"Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!" - Wahyu 22:11
Kesempatan akan habis bagi mereka yang selama ini enggan untuk bertobat, masih mau menikmati dosanya dan yakin bahwa karakternya yang buruk tidak akan bisa diubah. Mereka telah jahat karena sekalipun telah mengecap anugerah, namun tidak mengerjakan keselamatannya dengan sungguh dan tidak sepenuh hati memikul salibnya dalam mengikut Kristus.
Namun bagi mereka yang terus berharap kepada Tuhan, yang merelakan hatinya untuk ditegor dan dihajar Tuhan serta bertobat dari waktu ke waktu, anugerah akan semakin melekat kepada mereka. Itu sebabnya yang jahat akan semakin jahat dan yang kudus akan semakin kudus. Domba dan kambing akan semakin nyata sejalan dengan berakhirnya Zaman Anugerah dan memasuki Masa Tribulasi.
Anugerah Chet Pada Ayin Chet 5778 Ini
Sebelum dilanjutkan, saya himbau Anda lebih dulu membaca tulisan sebelumnya yang berjudul 5778 - 2018 Dalam Sekilas Perenungan: Back To The Age Of Law.
Chet merupakan huruf ke-8 dalam alfabet Ibrani, yakni terdiri huruf Vav (6) di sisi kanan dan huruf Zayin (7) di sisi kiri dan disatukan oleh sebuah penghubung atau tudung (chuppah) dan kesatuan dari tiga bagian tersebut membentuk sebuah gerbang atau ambang pintu. Hal ini mengingatkan kita pada peristiwa Paskah pertama dalam sejarah,
"Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya." - Keluaran 12:7
"Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN. Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir." - Keluaran 12:12-13
Beberapa bulan lalu ketika saya merenungkan semuanya ini, tiba-tiba Tuhan Yesus berkata, "Nak, masuk 5778 butuh membubuhkan darah pada ambang pintu, namun darahnya bukan Darah-Ku, melainkan darah kalian." Hal ini mengingatkan saya dengan apa yang tertulis dalam Wahyu 12:10-11, bahwa Iblis dikalahkan dengan dua hal, yakni Darah Anak Domba dan perkataan kesaksian dari umat yang ditebus oleh Darah tersebut. Itu artinya kuasa kesaksian ini sama kuatnya dengan Darah Anak Domba.
Namun perkataan kesaksian yang bagaimanakah itu? Itu adalah kesaksian karena tidak mengasihi nyawa sendiri sampai ke dalam maut. Itu adalah kesaksian karena kasih dan cinta kepada Tuhan melebihi nyawa kita sendiri.
"Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." - Yohanes 12:25-26
Jalan Perbudakan, Jalan Pengabdian
Menarik sekali bahwa setelah Tuhan Yesus mengatakan perkara tidak mencintai nyawa kita sendiri di dunia ini, Beliau melanjutkan dengan perkara cara melayani-Nya dengan mengikuti-Nya di manapun Diri-Nya berada.
Sekarang coba perhatikan ketentuan mengenai perbudakan berikut ini,
"Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa. Jika ia datang seorang diri saja, maka keluarpun ia seorang diri; jika ia mempunyai isteri, maka isterinya itu diizinkan keluar bersama-sama dengan dia. Jika tuannya memberikan kepadanya seorang isteri dan perempuan itu melahirkan anak-anak lelaki atau perempuan, maka perempuan itu dengan anak-anaknya tetap menjadi kepunyaan tuannya, dan budak laki-laki itu harus keluar seorang diri.
"Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta kepada tuanku, kepada isteriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka, maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup." - Keluaran 21:2-6
Setiap budak di tanah Israel wajib mengabdi kepada tuannya selama 6 tahun. Setelah budak itu menyelesaikan kewajibannya, maka ia akan menjadi orang yang merdeka sepenuhnya dan tidak di bawah perbudakan siapapun. Namun, ia bisa juga memilih untuk terus mengabdi kepada tuannya seumur hidupnya, dan hal itu hanya bisa dilakukan karena pertama-tama ia mencintai tuannya. Tanpa cinta kepada tuannya, mustahil ia akan mau menghabiskan sisa hidupnya sebagai budak.
Dan sebagai tanda bahwa ia adalah budak yang mengabdi seumur hidup karena cinta dan bukan budak karena memiliki kewajiban mengabdi, maka tuannya akan membawanya ke pintu atau tiang pintu (lambang dari Chet) untuk memasangkan tanda semacam anting-anting di telinganya sebagai tanda sah bahwa ia adalah budak yang mengabdi seumur hidup.
Perhatikan, bahwa ketika darah yang keluar dari telinga budak itu dan melekat pada tiang pintu, itulah yang dimaksud Tuhan sebagai darah yang harus ada untuk kita memasuki tahun yang baru Ayin Chet 5778 nanti. Artinya Tuhan hendak berkata bahwa jalan satu-satunya untuk kita berkemenangan memasuki masa yang baru, untuk kita bisa mengimbangi selesainya Zaman Anugerah, adalah ketetapan hati kita sendiri untuk total mengabdi kepada Tuhan karena kita lebih mencintai-Nya daripada kita mencintai diri kita sendiri.
Di 5778 nanti, kita tidak bisa mengabdi kepada Tuhan karena kita tidak punya pilihan, atau karena hidup kita sudah hancur, atau karena kita merasa masa depan kita sudah suram. TIDAK! Namun kita mengabdi karena kita memang mencintai-Nya, simply because you love Him so much. Dan cinta itulah yang akan mengalahkan maut dan Iblis Naga Merah itu.
"Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!" - Kidung Agung 8:6
Tanpa menjadi budak-Nya yang mengabdi secara total dan penuh cinta seumur hidup, maka takkan ada kehidupan yang berkemenangan setelah Zaman Anugerah berakhir. Sedangkan mereka yang merasa memiliki kehendak bebas, merasa bahwa hidupnya masih miliknya sendiri, merasa bahwa dengan Tuhan masih bisa bernegosiasi, maka cepat atau lambat mereka akan mencapai satu titik, menyerah kepada Roh Tuhan atau diserahkan kepada kebinasaan dari egonya sendiri.
Jalan pengabdian sebagai budak, BUKAN jalan pengabdian sebagai hamba. Sebab hamba masih memiliki hak atas upah yang dia boleh terima, namun budak sama sekali tidak memiliki hak apapun, itu sebabnya hanya cinta kepada tuannya yang bisa memotivasinya untuk mengabdi seumur hidup. Budak tidak pernah menuntut upah atau apapun itu, budak mempersembahkan seluruh hidup dan hatinya kepada tuannya.
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.