Labels

Wednesday, December 26, 2018

Sesatnya Pikiran Manusiawi: Belajar Dari Simon Petrus

Betapa dahsyatnya kekuatan pikiran, jika dipergunakan dengan baik dan benar maka akan menghasilkan berbagai perkara yang luar biasa bagusnya. Namun sebaliknya jika pikiran kita stagnan pada satu pola saja, maka akan menghambat bahkan merusak segala sesuatunya, termasuk panggilan dan takdir kita di dalam Kristus Yesus.

"Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

"Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: 'Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.'

"Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: 'Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.'" - Matius 16:20-23

Coba renungkan apa yang terjadi dalam adegan sekilas tersebut di atas. Saking kuatnya pikiran manusiawi Simon Petrus, hal itu menjadi batu sandungan bagi tujuan yang hendak dicapai oleh Tuhan Yesus.

Di satu sisi Petrus begitu percaya kepada Tuhan Yesus, sebab ia bersedia meninggalkan segala sesuatunya, dan hal ini jauh lebih baik daripada orang muda yang kaya itu. Lebih bagus lagi ketika Petrus mengetahui bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus atau Mesias yang dijanjikan dan itu memang hasil karya Bapa melalui Roh Kudus-Nya.

Namun begitu, bukan berarti seluruh pemikiran Simon Petrus sudah sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan Allah. Dia dan semua rasul lainnya pun menganggap bahwa Tuhan Yesus akan  melakukan perjuangan melawan penjajahan Romawi, lalu mendirikan kembali Kerajaan Israel dan menjadi raja atas Israel, meneruskan dinasti Daud dan mengembalikan kejayaan Salomo.

"Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: 'Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?' 

"Jawab-Nya: 'Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.'" - Kisah Para Rasul 1:6-8

Bahkan setelah mereka melihat dengan mata kepala sendiri saat Tuhan Yesus mati, bangkit dan hendak naik ke Sorga, murid-murid masih saja memiliki pemikiran yang salah tentang Sang Anak Manusia. Mereka masih saja memiliki pemikiran Tuhan Yesus yang duniawi. Sampai di sini, bisakah kita menyadari betapa hebat dan dahsyatnya pikiran kita untuk menyesatkan dan hati kita untuk menipu diri kita sendiri?

Belajar Dari Kesalahan (Di Kegerakan Bahtera)

Di kegerakan Bahtera pun banyak orang termasuk saya diajarkan caranya berdoa sambil mengumandangkan deklarasi supaya jiwa-jiwa dituai sambil disisipkan agenda doa supaya bangsa ini mencapai kejayaannya terutama mendoakan ekonomi dan pembangunannya. Apakah salah berdoa demikian? Buat saya hal itu relatif, tapi apakah demikian begitu yang Tuhan kehendaki? Itu lain lagi.

Bahkan kami diajarkan tanpa ragu untuk mendeklarasikan bahwa tidak ada lagi orang miskin di negeri ini dengan maksud ayat yang tertulis pada Ulangan 15:4 sebagai dasar deklarasinya. Padahal sudah sangat gamblang Tuhan Yesus katakan bahwa orang miskin akan selalu bersama-sama dengan kita, dan hal itu tertulis tiga kali di kitab-kitab Injil (Matius 26:11, Markus 14:7, Yohanes 12:8).

Ini yang saya maksud dengan Jangan Ajarkan Proses Yang Benar Untuk Tujuan Yang Keliru, dan tulisan lengkapnya dapat dibaca di sini. Dan jika hal ini diteruskan, maka kita sudah memiliki pola pemikiran yang terkorupsi. Menganggap bahwa kehidupan yang dikenan dan diberkati Tuhan adalah kehidupan yang berkelimpahan secara materi, keluarga yang harmonis, jiwa-jiwa yang banyak dituai, jumlah jemaat yang besar, kesehatan yang prima dan sebagainya.

Sedangkan keuangan yang tipis, kesehatan yang memburuk, pelayanan yang berskala kecil bisa dianggap ada kutuk yang menghalangi, atau Tuhan sedang tidak berkenan terhadap orang tersebut. Ini pola pikir yang mengerikan.

Dan jika kita mau jujur, siapakah sebenarnya yang meramalkan akan adanya kejayaan atau masa keemasan di Bumi Nusantara ini? Ada yang mengatakan bahwa hal itu diramalkan oleh Jayabaya, ada juga yang mengatakan bahwa hal itu diramalkan oleh Ronggo Warsito. Sampai di sini, apakah kita sudah menyadari betapa sesatnya pemikiran kita selama ini?

Yang pasti hal itu tidak tertulis di Alkitab dan bukan untuk itu pula Tuhan mendelegasikan Gereja-Nya di Indonesia untuk bergerak. Tapi berapa banyak yang sudah terjebak untuk memiliki pemikiran yang keliru seperti Simon Petrus itu, yakni ingin memanfaatkan kuasa dan kemuliaan Tuhan Yesus untuk kejayaan negerinya?

Roh Kudus Yang Menolong Hingga Tuntas

"Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. 

"Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." - 1 Petrus 1:17-19

Kita patut bersyukur bahwa Bapa memenuhi janji-Nya dengan mengaruniakan Roh Kudus-Nya kepada kita dan karena itu kita harus rela hidup di bawah tuntunan-Nya sebab tuntunan Roh Kudus sungguh-sungguh pertolongan dalam persekutuan kita bersama-Nya sepanjang masa hingga kekekalan.

Dan perhatikan sikap Petrus setelah menerima Roh Kudus dan mengalami berbagai hal bersama-Nya. Dari yang hendak ingin melihat kembalinya kejayaan Israel di Bumi, menjadi orang yang sadar bahwa hidup di Bumi sesungguhnya hanya menumpang. Bukankah hal itu merupakan buah pertobatan dan buah keselamatan yang begitu nyata?

Jadi sesungguhnya sekalipun betapa megahnya kejayaan atau masa keemasan suatu negeri, hal itu adalah kesia-siaan dan kefanaan, dan tidak sebanding dengan harga dari darah yang mahal Tuhan Yesus Kristus.

Kita dipanggil untuk mati bersama-Nya, sehingga kita bisa terpilih untuk mengalami kebangkitan bersama-Nya, itulah jati diri kita yang sesungguhnya sebagai pengikut Kristus.

Untuk lebih memahami pesan kebenaran ini, silakan simak juga tulisan lainnya yang berjudul Roh Kudus Dan Peran-Nya.

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, --karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa--, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

About Windunatha

My photo
An ENTP Person. Saksi Terakhir Sebelum Segalanya Berakhir. One Of The Remnant In The Last Days.